Selasa, April 10, 2012

Tergores, terkelupas, tersayat dan tercincang
Rasa yang dulu melekat padamu
Kini habis tak bersisa, blas
Muak, ingin ku berteriak sejadi-jadinya
Kau, penghianat harapan, tukang kubur mimpi


Inikah ikrar yang dulu kau ucapkan?
Apakah kau dulu mabuk?
Ataukan ada gerangan setan yang merasukimu?
Ku salah menaruh harapan
Madu tak akan pernah bercampur dengan racun
Begitu pula, harapan tak akan pernah bercampur dengan penghianatan


Sekarang kau umbar pada dunia?
Bahwa dunia seakan-akan ikut serta mendukungmu?
Sekali-kali tidak, sifat pamermu akan berbuah masam
Masam lebih masam dari busuknya harapan yang dulu engkau ikrarkan


Harapan yang kita dulu gantung di lazuardi telah terserak
Setiap kali aku coba tuk merengkuh menyusunnya
Kau datang laksana badai katrina
Hilang, potongan-potongan mozaik itu hilang entah kemana
Termakan rasa pamermu akan lelaki yang kini engkau kasihi


Ikrarku, aku akan berhenti meletakkan harapan
padamu, pada masa lalu dan pada bukit yang menjadi saksi


Selamat tinggal, silahkan berlenggang ria kemanapun engkau suka
Bersama kekasihmu yang baru


Kini semakin mantap dalam hatiku, bahwa Allah-lah yang aku cintai.

0 Reactions:

Posting Komentar

Blog adalah suatu representasi dari individu penulisnya, baik pikiran, pengalaman, perasaan dan sebagainya (Manungkarjono, 2007). Blog juga merupakan suatu hasil karya cipta yang dilindungi UU 19 tahun 2002 tentang Hak Cipta.

Yuk Taaruf









Nur Abdillah Siddiq
Mahasiswa Jurusan Fisika ITS, sedang menggeluti Fiber Optik dan dunia pengembangan diri. Berusaha mengabdi dan memberikan kontribusi nyata pada agama Islam, Negara Indonesia, dan Orang Tua Tercinta (H. Fajar Rahman dan Hj. Sri Tumiasih).

Blog ini adalah website pribadi Nur Abdillah Siddiq. Diberdayakan oleh Blogger.

Translate

Popular Posts

Yuk Baca !

Yuk Baca !