Senin, Juni 21, 2010


Sistem pendidikan yang menegangkan, membosankan, dan juga mahal tidak dirasakan oleh para siswa di SMP Alternatif Qaryah Toyyibah. Para siswa bersekolah dengan antusiasme yang tinggi, bahkan mereka sangat sedih jika harus pulang dari sekolah. Bagi siswa SMP Alternatif Qaryah Toyyibah, sekolah adalah rumah mereka. Sekolah juga tidak pernah tutup sehingga tidak jarang para siswa berada di sekolah sampai larut malam atau bahkan menginap di sekolah.

Apa sebenarnya yang membuat para siswa tersebut keranjingan untuk sekolah?? Ternyata bukan gedung sekolah yang megah dan bukan pula fasilitas-fasilitas mewah yang membuat mereka betah. Namun suasanalah yang membuat nyaman dan betah untuk bersekolah, bagaimana tidak di sekolah mereka dapat belajar sambil bermain. Mereka bahkan bisa mengerjakan soal-soal matematika sambil bersenda gurau, mereka bebas duduk dikursi atau dilantai. Bila lebih dahulu selesai, mereka dapat bermain monopoli didalam kelas. Guru-guru tidak pernah marah, sehingga suasana pembelajaran tidak pernah menegangkan, suasana pembelajaran di SMP Alternatif Qaryah Toyyibah lebih mirip taman bermain ketimbang sebuah SMP. Para siswa bebas berbicara dengan gurunya dalam bahasa Jawa ngoko, strata bahasa yang hanya pantas untuk berbicara informal dengan kawan akrab.
Suasana demikian berbeda dengan kebanyakan sekolah formal pada umumnya, guru otoriter, siswa harus tertib, siswa harus ini, siswa harus itu, dsb. Hasilnya membuat para siswa tegang, bosan dan ilmupun tak dapat dicerna otak para siswa
SMP Qaryah Thayyibah lahir dari keprihatinan seorang Bahruddin melihat pendidikan di Tanah Air yang makin bobrok dan semakin mahal. SMP Alternatif Qaryah Thayyibah merupakan pengembangan dari konsep bersekolah di rumah, yang dalam istilah bahasa Inggrisnya populer disebut home schooling. Sekolah yang terdiri atas dua kelas dengan 24 anak itu menempati ruang depan rumah Bahruddin. Bahruddin adalah pemimpin SMP Alternatif Qaryah Thayyibah.
Siswanya pun berasal dari kaum marginal, yakni anak-anak petani yang tidak memliki cukup biaya untuk masuk SMP Negeri. Rumah setiap para siswanyapun berdekatan dengan sekolahnya, sehingga memungkinkan anak-anak petani sederhana itu memanfaatkan ongkos transportasi untuk kredit komputer, gitar, kamus, dan makanan bergizi.
Mengenai guru yang mengajar, kompetensi formal seorang guru bukan menjadi syarat mutlak karena yang penting mentor menguasai materi yang diajarkannya. Dengan cara ini, para siswa tetap bisa belajar dalam suasana keluarga, murah, dan kualitasnya pun terjaga. Secara fisik dan konseptual, SMP Alternatif Qaryah Thayyibah menyatu dengan alam sekitarnya. Tidak ada pagar yang membatasi sekolah dengan lingkungan sekitarnya. Tidak ada pintu gerbang yang digerendel ketika anak bersekolah, tak ada istilah telat sekolah bagi para siswa apalagi membolos. Lingkungan alam di sekitarnya dipergunakan sebagai laboratorium belajar. Sebuah kompor biogas yang diolah dari kotoran hewan dan manusia terang-terangan dipertontonkan kepada siswa untuk memasak.
Bila ditanya tentang prestasi, tak usah diragukan lagi. Sekolah sangat sederhana dengan prestasi selangit dan mengglobal menggambarkan SMP Alternatif Qaryah secara umum. Berhasil mengimbangi sekolah-sekolah negeri dalam lomba cerdas cermat penguasaan materi pelajaran di Salatiga. Sekolah itu juga mewakili Salatiga dalam lomba motivasi belajar mandiri di tingkat provinsi, dikirim mewakili Salatiga untuk hadir dalam Konvensi Lingkungan Hidup Pemuda Asia Pasifik di Surabaya. Pada tes kenaikan kelas satu, nilai rata-rata mata pelajaran Bahasa Inggris siswa Qaryah Thayyibah mencapai 8,86.
Tidak hanya unggul dalam bidang akademik, SMP Alternatif Qaryah Thayyibah juga maju dalam berkesenian. Di bawah bimbingan guru musik, Soedjono, anak-anak sekolah bergabung dalam grup musik Suara Lintang. Kebolehan anak-anak itu dalam menyanyikan lagu mars dan himne sekolah dalam versi bahasa Inggris dan Indonesia bisa didengarkan ketika membuka alamat situs sekolah www.pendidikansalatiga.net/ qaryah. Grup musik anak-anak desa kecil itu telah mendokumentasikan lagu tradisional anak dalam kaset, MP3, maupun video CD album Tembang Dolanan Tempo Doeloe yang diproduksi sekaligus untuk pencarian dana. Seluruh siswa bisa bermain gitar, yang menjadi keterampilan wajib di sekolah itu.

0 Reactions:

Posting Komentar

Blog adalah suatu representasi dari individu penulisnya, baik pikiran, pengalaman, perasaan dan sebagainya (Manungkarjono, 2007). Blog juga merupakan suatu hasil karya cipta yang dilindungi UU 19 tahun 2002 tentang Hak Cipta.

Yuk Taaruf









Nur Abdillah Siddiq
Mahasiswa Jurusan Fisika ITS, sedang menggeluti Fiber Optik dan dunia pengembangan diri. Berusaha mengabdi dan memberikan kontribusi nyata pada agama Islam, Negara Indonesia, dan Orang Tua Tercinta (H. Fajar Rahman dan Hj. Sri Tumiasih).

Blog ini adalah website pribadi Nur Abdillah Siddiq. Diberdayakan oleh Blogger.

Translate

Popular Posts

Yuk Baca !

Yuk Baca !