Menurut Imam Hasan Al-Banna: Ukhuwah Islamiyah adalah keterikatan hati dan jiwa satu sama lain dengan ikatan aqidah.
Ukhuwah Islamiyah bersifat abadi dan universal karena berdasarkan aqidah dan syariat Islam.
Ukhuwah Islamiyah bersifat abadi dan universal karena berdasarkan aqidah dan syariat Islam.
Ukhuwah Jahiliyah bersifat temporer (terbatas pada waktu dan tempat), yaitu ikatan selain ikatan aqidah (misal: ikatan keturunan [orang tua-anak], perkawinan, nasionalisme, kesukuan, kebangsaan, dan kepentingan pribadi).
Hal-hal yang menguatkan Ukhuwah Islamiyah:
1. Memberitahukan kecintaan pada yang kita cintai
2. Memohon dido’akan bila berpisah
3. Menunjukkan kegembiraan & senyuman bila berjumpa
4. Berjabat tangan bila berjumpa (kecuali non muhrim)
5. Mengucapkan selamat berkenaan dengan saat-saat keberhasilan
6. Memberikan hadiah pada waktu-waktu tertentu
7. Sering bersilaturahmi (mengunjungi saudara)
8. Memperhatikan saudaranya & membantu keperluannya
9. Memenuhi hak ukhuwah saudaranya
1. Memberitahukan kecintaan pada yang kita cintai
2. Memohon dido’akan bila berpisah
3. Menunjukkan kegembiraan & senyuman bila berjumpa
4. Berjabat tangan bila berjumpa (kecuali non muhrim)
5. Mengucapkan selamat berkenaan dengan saat-saat keberhasilan
6. Memberikan hadiah pada waktu-waktu tertentu
7. Sering bersilaturahmi (mengunjungi saudara)
8. Memperhatikan saudaranya & membantu keperluannya
9. Memenuhi hak ukhuwah saudaranya
Buah Ukhuwah Islamiyah
1. Merasakan lezatnya iman
2. Mendapatkan perlindungan Allah di hari kiamat (termasuk dalam 7 golongan yang dilindungi)
3. Mendapatkan tempat khusus di syurga (15:45-48)
Imam Hasan Al-Banna menjadikan Ukhuwah Islamiyah ini sebagai salah satu dari 10 rukun bai’ah dalam organisasi dakwah yang beliau bina. Beberapa ungkapan beliau yang mungkin boleh kita kaji dalam pembentukan Ukhuwah Islamiyah adalah seperti berikut :
a. Kekuatan jamaah, sebagaimana organisasi-organisasi secara umumnya, adalah
terletak pada kekuatan ikatan para anggotanya.
b. Tiada ikatan yang lebih kuat dalam hal ini selain ikatan “cinta” yang diasaskan pada
aqidah Islam.
c. Tingkatan daripada “ikatan cinta” ini yang paling lemah adalah kebersihan hati kita
terhadap saudara kita (yakni dari segala macam penyakit hati seperti buruk sangka, iri-
hati, dengki, sombong, tamak, dan lain-lain).
d. Tingkatan yang paling tinggi daripada “ikatan cinta” ini adalah mendahulukan
kepentingan saudara kita berbanding kepentingan kita.
Setiap kali Rasulullah SAW hendak pergi ke mesjid untuk melaksanakan shalat subuh. Tetangganya selalu membuang kotoran di depan pintu rumah beliau. Namun Rasulullah tidak marah dengan perbuatan nista tersebut. Bahkan beliau bersabar untuk membersihkan kotoran tersebut yang kian hari semakin menumpuk saja. Suatu hari, Rasulullah pun melihat tidak ada satupun kotoran di depan pintu rumahnya. Hingga ia pun bertanya tentang hal yang tidak biasanya. Sampai suatu ketika ditemukannya bahwa tetangga tersebut sedang jatuh sakit, dan beliaupun menjenguknya serta memberikan makanan untuk tetangganya itu tanpa sedikitpun rasa dendam.
Rasulullah mengajarkan betapa kita harus menghormati tetangga sebegitu tidak hormatnya tetangga kepada kita.
Hidup bertetangga harus siap menerima berbagai perbedaan. Siap dengan tuntutan yang tidak sejalan dan siap dengan keinginan yang tidak seiring. Tak sedikit orang yang dalam hatinya timbul rasa iri melihat kesuksesan orang lain, iri mendengar tetangga mendapat jabatan baru, dan iri melihat keluarga tetangga harmonis. Berawal dari penyakit hati tersebut menyebabkan seseorang terjebak pada perasaan buruk sangka. Sikap untuk bisa saling memuliakan berawal dari sikap saling mengenal. Tak jarang sekarang kita melupakan bahwa kita hidup bertetangga.
Rasulullah telah memberikan kita keteladanan. Beliau lebih mendahulukan kepentingan tetangganya dari pada dirinya sendiri. Bukti kepeduliannya tampak jelas ketika ada seseorang yang mendatangi rumahnya untuk meminta makanan. Makanan yang hanya cukup untuk sekali makan dia berikan, sementara dia sendiri dalam keadaan lapar. Bahkan setiap kali memasak, maka beliau tak terlewat untuk membagikannya. Melalui sikap itulah Rasulullah mengajarkan pada kita untuk bisa saling membantu, memahami, dan menghormati tetangga, sehingga termotivasi untuk bisa saling memuliakan.
Hubungan dengan tetangga perlu kita jaga. Kalau ada musibah, tetanggalah orang pertama yang tahu dan orang pertama yang akan membantu. Walaupun kita punya saudara polisi, ketika ada maling tetanggalah yang pertama kali ikut mengamankan. Begitu pun ketika saudara se-rumah sakit. Walaupun saudara kita dokter, tetap saja tetangga terdekat yang ikut membantu. Maka benarlah kenapa Islam menganjurkan untuk saling memuliakan tetangga karena di dalamnya terdapat banyak hikmah yang akan kita peroleh. Saudaraku, mari kita eratkan tali persaudaraan kita dengan tetangga terdekat. Pupuk kepedulian terhadap tetangga kita dengan cara memuliakannya.
“Apapun kata yang terucap pasti disaksikan oleh Raqib dan ‘Atid”. (QS. Qaff : 18)
Bahaya lisan itu sangat banyak. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam juga bersabda:
“Bukankah manusia terjerumus ke dalam neraka karena tidak dapat mengendalikan lidahnya”.
Beliau juga bersabda :
“Tiap ucapan anak Adam menjadi tanggung jawabnya, kecuali menyebut nama Allah, menyuruh berbuat ma’ruf dan mencegah kemungkaran”.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam telah bersabda : “Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, maka hendaklah ia berkata baik atau diam, barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, maka hendaklah ia memuliakan tetangga dan barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, maka hendaklah ia memuliakan tamunya”. [Bukhari no. 6018, Muslim no. 47]
“Dan yang mempersatukan hati mereka (orang-orang yang beriman). Walaupun kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya Dia Maha Gagah lagi Maha Bijaksana.” (QS Al-Anfal : 63)
“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu kerana nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu daripadanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayatNya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.” (QS Ali Imran : 103)
“Teman-teman akrab pada hari itu sebahagiannya menjadi musuh bagi sebahagian yang lain kecuali orang-orang yang bertaqwa.” (QS Az Zukhruf : 67)
“Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Maka, damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.” (QS Al Hujuraat : 10)
“Wahai manusia! Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, dan Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu mengenal antara satu sama lain. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu dalam pandangan Allah ialah yang lebih bertaqwa. Sesungguhnya ALlah Maha Tahu dan Mengerti.” (QS Al Hujurat : 13)
“….Dan tolong-menolonglah kamu dalam mengerjakan kebaikan dan taqwa dan janganlah kamu tolong-menolong dalam mengerjakan dosa dan pelanggaran hukum….” (QS Al-Maidah : 2)
“Apapun kata yang terucap pasti disaksikan oleh Raqib dan ‘Atid”. (QS. Qaff : 18)
Bahaya lisan itu sangat banyak. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam juga bersabda:
“Bukankah manusia terjerumus ke dalam neraka karena tidak dapat mengendalikan lidahnya”.
Beliau juga bersabda :
“Tiap ucapan anak Adam menjadi tanggung jawabnya, kecuali menyebut nama Allah, menyuruh berbuat ma’ruf dan mencegah kemungkaran”.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam telah bersabda : “Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, maka hendaklah ia berkata baik atau diam, barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, maka hendaklah ia memuliakan tetangga dan barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, maka hendaklah ia memuliakan tamunya”. [Bukhari no. 6018, Muslim no. 47]
“Dan yang mempersatukan hati mereka (orang-orang yang beriman). Walaupun kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya Dia Maha Gagah lagi Maha Bijaksana.” (QS Al-Anfal : 63)
“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu kerana nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu daripadanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayatNya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.” (QS Ali Imran : 103)
“Teman-teman akrab pada hari itu sebahagiannya menjadi musuh bagi sebahagian yang lain kecuali orang-orang yang bertaqwa.” (QS Az Zukhruf : 67)
“Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Maka, damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.” (QS Al Hujuraat : 10)
“Wahai manusia! Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, dan Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu mengenal antara satu sama lain. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu dalam pandangan Allah ialah yang lebih bertaqwa. Sesungguhnya ALlah Maha Tahu dan Mengerti.” (QS Al Hujurat : 13)
“….Dan tolong-menolonglah kamu dalam mengerjakan kebaikan dan taqwa dan janganlah kamu tolong-menolong dalam mengerjakan dosa dan pelanggaran hukum….” (QS Al-Maidah : 2)
Semoga Allah yang menyatukan hati kita dalam keimanan dan mengikatkan kita dalam bingkai keislaman serta tetap diberi ke-istiqamah-an untuk bisa saling memuliakan. Ya Allah, jadikanlah Ukhuwah sebagai asas kepada kekuatan dan kemuliaan kami. Mudahkanlah kami dalam memenuhi hak-hak Ukhuwah yang tersimpul dalam tiga tahapan iaitu Ta’aruf, Tafaahum dan Takaaful. Jalinkanlah ikatan Ukhuwah yang kukuh antara sesama kami melalui kesatuan hati, pemikiran dan amal.
0 Reactions:
Posting Komentar
Blog adalah suatu representasi dari individu penulisnya, baik pikiran, pengalaman, perasaan dan sebagainya (Manungkarjono, 2007). Blog juga merupakan suatu hasil karya cipta yang dilindungi UU 19 tahun 2002 tentang Hak Cipta.