Rabu, Desember 12, 2012

Bambu yang menjulang tinggi
Ada seorang pria yang putus asa dan ingin meninggalkan segalanya. Meninggalkan pekerjaan, hubungan, dan berhenti hidup. Ia lalu pergi ke hutan untuk bicara yang terakhir kalinya dengan sahabat akrabnya, seorang petani.
“Mas,” katanya. “Apakah sampean bisa memberi saya satu alasan yang baik untuk jangan berhenti hidup dan menyerah?” Jawaban sang Petani sangat mengejutkan.
“Coba lihat ke sekitarmu. Apakah kamu melihat pakis dan bambu?”
“Ya,” jawab pria itu.
“Ketika menanam benih pakis dan benih bambu, aku merawat keduanya dengan sangat baik. Aku membantu keduanya mendapatkan cahaya. Menyirami setiap hari. Terbukti, pakis tumbuh sangat cepat. Daunnya yang hijau segar segera menutupi permukaan tanah hutan.
Sementara itu, benih bambu tidak menghasilkan apapun. Tapi, aku tidak menyerah.
Pada tahun kedua, pakis tumbuh makin subur dan banyak, tapi belum ada juga yang muncul dari benih bambu. Tapi, aku tidak menyerah.
Di tahun ketiga, benih bambu belum juga memunculkan sesuatu. Tapi, aku tidak menyerah. Di tahun keempat, masih juga belum ada apa pun dari benih bambu."
"Aku tetap tidak menyerah," tegas petani.
"Di tahun kelima, muncul sebuah tunas kecil. Dibanding dengan pohon pakis, tunas itu tampak kecil dan tidak bermakna. Tapi 6 bulan kemudian, kamu bisa bayangkan, bambu itu menjulang sampai 30 meter."
"Untuk menumbuhkan akar itu perlu waktu 5 tahun. Akar ini membuat bambu kuat dan memberi apa yang diperlukan bambu untuk bertahan hidup. Bukankah kau masih ingat, “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya?”” kata petani kepada pria itu.
“Tahukah kamu, di saat menghadapi semua kesulitan dan perjuangan berat itu, kamu sesungguhnya sedang menumbuhkan akar-akar?”
“Jangan membandingkan kelemahan diri dengan kekuatan orang lain,” kata petani.
“Bambu mempunyai tujuan yang beda dengan pakis. Tapi keduanya membuat hutan menjadi lebih indah.”
“Waktumu akan datang. Kamu akan menanjak dan menjulang tinggi.”
“Saya akan menjulang setinggi apa?” tanya pria itu.
“Setinggi apa pohon bambu bisa menjulang?” tanya petani.
“Setinggi yang bisa dicapainya,” jawab pria itu.
“Ya, benar! Jadilah bukti kemulyaan Penciptamu, dengan menjadi yang terbaik, meraih yang tertinggi sesuai kepantasanmu,” jawab petani.
Nah, jika ada kegagalan di tahun yang sudah berlalu, bukan berarti musnahlah segala daya upaya kita. Tapi, saat itulah sedang bertumbuh akar-akar keyakinan, kepahaman, dan keahlian yang menguatkan kita. Kisah disadur dari : http://community.riopurboyo.com
Nur Abdillah Siddiq
Mahasiswa Jurusan Teknik Fisika ITS, sedang menggeluti NanoTeknologi dan dunia pengembangan diri.Memiliki misi besar untuk menjadi insan yang memberikan kontribusi nyata pada agama Islam, Negara Indonesia, dan Orang Tua Tercinta (H. Fajar Rahman dan Hj. Sri Tumiasih). Bagi yang ingin melakukan konsultasi mengenai pengembangan diri menuju legenda pribadi, dapat menghubungi via email Siddiq.tf@gmail.com atau no.hp 087750118140.

0 Reactions:

Posting Komentar

Blog adalah suatu representasi dari individu penulisnya, baik pikiran, pengalaman, perasaan dan sebagainya (Manungkarjono, 2007). Blog juga merupakan suatu hasil karya cipta yang dilindungi UU 19 tahun 2002 tentang Hak Cipta.

Yuk Taaruf









Nur Abdillah Siddiq
Mahasiswa Jurusan Fisika ITS, sedang menggeluti Fiber Optik dan dunia pengembangan diri. Berusaha mengabdi dan memberikan kontribusi nyata pada agama Islam, Negara Indonesia, dan Orang Tua Tercinta (H. Fajar Rahman dan Hj. Sri Tumiasih).

Blog ini adalah website pribadi Nur Abdillah Siddiq. Diberdayakan oleh Blogger.

Translate

Popular Posts

Yuk Baca !

Yuk Baca !