Kamis, April 23, 2015

Tepat 1 minggu telah berlalu semenjak penutupan peringatan hari lahir Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) ke 55. Mahasiswa-mahasiswa yang berlandaskan pada jiwa “pergerakan” dari seantero Indonesia, tumpah ruah di Mesjid Nasional Al-Akbar Surabaya. Acara peringatan hari lahir tersebut sangatlah meriah, bahkan mampu mengundang Presiden Jokowi beserta kebinetnya, kabinet kerja. Menteri yang datang diantaranya adalah menteri pemuda dan olahraga, mentri desa pembangunan desa tertinggal dan transmigrasi, menteri tenaga kerja, menteri agama, mentri riset teknologi dan perguruan tinggi, menteri pariwisata, menteri sekretaris Negara, gubernur jawa timur, tokoh masyarakat, dan pendiri dari PMII sendiri.

Saat ini, PMII yang diketuai oleh Aminuddin Ma’ruf merupakan organisasi kemahasiswaan terbesar se-Indonesia. Organisasi yang saya harap mampu menyebarkan semangat pergerakan bagi mahasiswa lainnya. Karena “Bergerak atau mati”, air yang bergerak akan jernih, dan air yang tergenang akan membusuk. Salah satu pergerakan adalah mampu menggerakkan bahwa mahasiswa harus sadar akan kekayaannya sendiri, sadar bahwa kekayaan tersebut haruslah dikelola sendiri untuk kesejahteraan seluruh masyarakat Indoneisa

Hal yang sangat menarik dari serangkaian pelaksanaan peringatan hari lahir PMII tersebut adalah Pidato Bapak Presiden tercinta kita, presiden yang telah terpilih secara demokrasi, Bapak Ir. Joko Widodo. Pada tulisan ini, saya akan mengomentari pidato Bapak Presiden.

Bapak presiden membuka pidatonya bahwa masyarakat ekonomi asean sudah tinggal menghitung hari, desember 2015 adalah suatu keniscayaan. Pada pidatonya, beliau menyampaikan fakta-fakta terkait persiapan Indonesia dalam menghadapi masyarakat ekonomi asean, baik dari segi masih tingginya masyarakat yang buta huruf (15.15%), padahal Negara Malaysia tingkat buta hurufnya sebesar . Selain itu fasilitas pendidikan juga masih kurang, oleh karena itu jika pada masa Bapak Soeharto ada SD Inpres (Instruksi Presiden), Bapak Presiden berjanji akan mendirikan SMK Inpres.
Saya sangat setuju dengan pernyataan bapak Presiden bahwa persaingan antar Negara bukanlah pertarungan sumber daya alam, melainkan merupakan pertarungan sumber daya manusia. Beliau memberi contoh Negara seperti Singapura, Jepang, yang hampir tidak memiliki sumber daya alam yang melimpah tetapi mampu menjadi Negara yang maju, berdaulat, adil dan makmur.

Sebagai seorang engineer, saya juga sangat memperhatikan pengelolaan sumber daya alam mentahan Indonesia, bahwa Indonesia haruslah berdikari, berdiri diatas kaki sendiri. Sehingga Indonesia benar-benar mampu mengolah kekayaan Indonesia dari hulu hingga hilir. Bukan yang selama ini dilakukan, mengekspor bahan mentah, dan membeli barang jadi impor luar negeri yang sebenarnya itu adalah bahan mentah Indonesia yang sudah jadi. Dan saya sangat bangga dengan pernyataan Bapak Presiden, “kita akan stop semua ekspor bahan mentah”.

Tetapi anehnya dibalik kekayaan yang gema ripah loh jinawi, berdasarkan penuturan pidato Bapak Presiden, Indonesia mengimpor beras hingga 3.5 juta ton pertahun. Yang menyebabkan bengkaknya biaya subsidi. Selain itu, subsidi BBM mencapai 300 Triliun rupiah pertahun. Dapat dibayangkan berapa jumlah subsidi tersebut dalam 10 tahun, 3000 triliun! Padahal untuk membuat sistem kereta api dari sabang hingga merauke dibutuhkan 360 triliun. Nah, besarnya subsidi tersebut akan dipotong terus menerus, menyebabkan barang yang awalnya disubsidi akan naik, kembali ke harga awalnya.

Apakah tidak ada cara lain selain pemotongan subsidi? Dibandingkan memotong pengeluaran, mengapa tidak memperbesar pemasukan? Saya sangat yakin bahwa pemuda-pemuda Indonesia mampu mengelola kekayaan alamnya sendiri tanpa harus ada intervensi asing. Pemotongan subsidi menyebabkan kenaikan barang-barang, rakyat sudah terjepit dengan kenaikan barang-barang, apalagi mahasiswa. Saya sangat mengherankan fakta yang terjadi bahwa ketika BBM naik, maka semua harga kebutuhan pokok menjadi naik, tetapi ketika BBM turun , harga kebutuhan pokok tidak ikut turun. Saya sangat khawatir ketika BBM dinaikkan, maka semua harga kebutuhan pokok akan naik, dan ketika sudah turun maka harga kebutuhan pokok akan sangat susah untuk turun. Semoga pak Presiden bisa mencari cara lain seperti mengembangkan pariwisata, melatih kemampuan masyarakat Indonesia agar mampu bersaing, dan banyak opsi lainnya yang tidak terbatas.



Nur Abdillah Siddiq
Mahasiswa Jurusan Teknik Fisika ITS, sedang menggeluti NanoTeknologi dan dunia pengembangan diri.Memiliki misi besar untuk menjadi insan yang memberikan kontribusi nyata pada agama Islam, Negara Indonesia, dan Orang Tua Tercinta (H. Fajar Rahman dan Hj. Sri Tumiasih).

0 Reactions:

Posting Komentar

Blog adalah suatu representasi dari individu penulisnya, baik pikiran, pengalaman, perasaan dan sebagainya (Manungkarjono, 2007). Blog juga merupakan suatu hasil karya cipta yang dilindungi UU 19 tahun 2002 tentang Hak Cipta.

Yuk Taaruf









Nur Abdillah Siddiq
Mahasiswa Jurusan Fisika ITS, sedang menggeluti Fiber Optik dan dunia pengembangan diri. Berusaha mengabdi dan memberikan kontribusi nyata pada agama Islam, Negara Indonesia, dan Orang Tua Tercinta (H. Fajar Rahman dan Hj. Sri Tumiasih).

Blog ini adalah website pribadi Nur Abdillah Siddiq. Diberdayakan oleh Blogger.

Translate

Popular Posts

Yuk Baca !

Yuk Baca !