Siapa bilang serat alam adalah bahan yang sepele ? Jika mendengar atau melihat tentang serat alam kebanyakan dari kita melihatnya sebagai bahan yang sepele atau menganggapnya sebagai sampah. Tapi ternyata dalam bidang teknologi material, bahan-bahan serat alam merupakan kandidat sebagai bahan penguat untuk dapat menghasilkan bahan komposit yang ringan, kuat, ramah lingkungan serta ekonomis. Alam telah banyak menyediakan kebutuhan manusia mulai dari makanan sampai bahan bangunan. Salah satunya adalah bahan-bahan serat alam.
Umumnya dalam komposit terdapat bahan yang disebut sebagai “matriks” dan bahan “penguat”. Bahan matriks umumnya dapat berupa logam, polimer, keramik, karbon. Matriks dalam komposit berfungsi untuk mendistribusikan beban kedalam seluruh material penguat komposit. Sifat matriks biasanya “ulet” (ductile). Bahan penguat dalam komposit berperan untuk menahan beban yang diterima oleh material komposit. Sifat bahan penguat biasanya kaku dan tangguh. Bahan penguat yang umum digunakan selama ini adalah serat karbon, serat gelas, keramik. Serat alam sebagai jenis serat yang memiliki kelebihan-kelebihan mulai diaplikasikan sebagai bahan penguat dalam komposit polimer.
Beberapa waktu lalu Sumenep sempat kedatangan investor dari Jepang, yang ternyata melihat potensi lahan di beberapa areal perkebunan dan pertanian di Sumenep, yang cocok membudidaya serat nanas. Sebab, ternyata tanaman yang banyak ditemukan di daerah Lenteng dan Ganding itu, memiliki nilai jual yang cukup ekonomis, dan bisa menjadi komoditi ekspor ke luar negeri, untuk produksi teknologi. Menurut Kepala Bidang Perkebunan Dinas Kehutanan Perkebunan Kabupaten Sumenep, Ir. Bambang Haryanto, untuk tanaman serat nanas banyak ditemukan di Desa Ellak Daya Kecamatan Lenteng dan Kecamatan Ganding. “Dari sekitar 446,43 hektar lahan tanaman serat nanas, sekitar 124,28 hektar di Kecamatan Lenteng, dan 102,36 hektar di Kecamatan Ganding. Sedangkan sisanya sekitar 10-20 hektar, tersebar di 18 Kecamatan,”ujar Bambang. Dijelaskan Bambang, tanaman yang sempat terlupakan dan hampir tidak pernah mendapat sentuhan teknologi itu, kali ini ternyata Investor Jepang membawa hasil panen serat nanas dari Sumenep ke Balai Penelitian Tanaman Serat (BALITAS) di Jakarta, dan selanjutnya mereka akan membawa sample tersebut ke negaranya untuk diuji. Bambang berharap, apabila tanaman serat nanas dari Sumenep nantinya cocok masuk ke Jepang, maka budidaya tanaman ini akan lebih ditingkatkan. Sebab, ternyata tanaman ini juga cocok di daerah dataran rendah di Kecamatan Pasongsongan dan Guluk-guluk. Dan tanaman ini tidak jauh beda dengan tanaman tembakau. ( Ren, Esha ). Manfaat dari kegiatan pengembangan dan penerapan material komposit berbasis bahan serat alam adalah:
1. Untuk pengembangan potensi pemanfaatan serat alam yang tersedia berlimpah di Indonesia sebagai hasl aktifitas pertanian, melalui penelitian karakterisasi material dan teknologi pemrosesan produk komposit ramah lingkungan yang bernilai ekonomis.
2. Dapat memenuhi kebutuhan industri yang berkembang di masyarakat, melihat ketersediaan di alam yang cukup besar dan biaya bahan yang jauh lebih murah. Produk yang dihasilkan dapat lebh ringan dan membutuhkan konsumsi energi yang rendagh, sehingga dapat menurunkan biaya produksi selain upaya meningkatkan nilai tambah produk lokal.
3. Peningkatan kemampuan rancang bangun dan manufaktur material komposit berbasis bahan serat alam untuk menunjang pembangunan industri dan kemandirian bangsa, khususnya dalam penguasaan teknologi material.
Di Sumenep pemanfaatan serat nanas masih minim dibanding daerah lain, akan tetapi tanaman yang banyak ditemukan di daerah Lenteng dan Ganding itu, memiliki nilai jual yang cukup ekonomis, dan bisa menjadi komoditi ekspor ke luar negeri, untuk produksi teknologi. Umumnya di Sumenep sebagian besar memproduksi tali dari serat nanas. Oleh karena itu, penulis menginginkan Sumenep menjadi pemproduksi yang lebih maju dan lebih mempunyai kualitas yang unggul dari sebelumnya. Dalam hal ini penulis telah mendesign sendiri suatu produk baru dan design produk ini akan penulis ajukan kepada pihak produksi serat nanas di Sumenep untuk diproduksi dan disebarkan ke beberapa daerah. Inilah produk design kami yang akan penulis tawarkan kepada pihak produksi.
Produk 1
(Gambar 1) adalah design sebuah produk berupa sandal berserat daun nanas. Sandal ini didesign sedemikian rupa untuk menarik minat konsumen terhadap produk ini. Seperti yang kita ketahui jarang kita temukan produk sandal seperti ini. Produk ini secara tidak langsung mewakili dunia tradisional dan dunia modern dengan berbasis alamiah. Dengan adanya produk ini, serat daun nanas yang awalnya hanya digunakan sebagai tali sekarang dapat digunakan sebagai aksesoris yang tidak kalah menariknya dengan aksesoris-aksesoris yang mahal. (Gambar 2) adalah design tempat barang yang kecil dan unik. Produk ini juga berserat daun nanas yang telah didesign untuk para remaja, anak-anak, maupun dewasa.
Cara pembuatan produk olahan serat nanas sebenarnya tidak sesulit yang kita bayangkan hanya diperlukan ketelatenan dan keterampilan yang. Serat nanas diperoleh dengan mengerik daun nanas secara manual menggunakan piring atau sendok. Benang dari serat nanas (sebagai pakan) akan ditenun bersama dengan lungsi (bahan dasar membuat kain).
Dengan grafik di atas kita dapat lebih memahami bahwa pengolahan serat nanas ternyata tidak sesulit yang seperti yang kita bayangkan hanya diperlukan ketelatenan yang sangat tinggi sehingga dengan begitu kita dapat berfikir positif bahwa nantinya akan menghasilkan produk yang kita inginkan. Dengan begitu kita dapat mengetahui lebih dalam bahwa tidak hanya buahnya saja yang dapat kita manfaatkan bahkan daun nanas yang nantinya menghasilkan serat dapat lebih berguna dan menghasilkan suatu produk unik yang dapat kita konsumsi.
Kita jangan menyepelekan bagian dari apapun karena semua mempunyai fungsi – fungsi tersendiri. Kita bisa lihat produk (lampiran 1) adalah produk berbahan dasar yaitu serat nanas, tidak menyangka bahwa produk dibawah ini berasal dari daun nanas yang dikerik, diolah, dan dirancang oleh pihak produksi sehingga menghasilkan produk yang unik dan menarik minat para konsumen. Mukena, busana, tas, dan selendang Muslim untuk wanita ini dengan bahan kombinasi yang bagus, yang mana atasannya dengan bahan yang halu, dingin serta untuk bawahannya dengan bahan serat nanas, mukena ini dilengkapi dengan Bordir halus dengan motif Bunga. Untuk Mukena ini terdiri dari 11 macam warna, dengan serat nanas yang berbeda-beda pula.
(Produk Serat Nanas dikombinasikan dengan Sutera)
Serat nanas atau tanaman kayu digunakan sebagai bahan sandang dan serat alam yang dapat digunakan untuk membuat tambang. Seiring dengan perkembangan teknologi bahan, peran serat-serat alam mulai tergantikan oleh jenis bahan serat sintetik seperti serat gelas atau serat karbon. Seiring dengan inovasi yang dilakukan dalam bidang material, serat alam kembali “dilirik” oleh peneliti untuk dijadikan sebagai bahan penguat komposit. Elastis, kuat, melimpah, ramah lingkungan dan biaya produksi yang lebih rendah merupakan kelebihan yang dimiliki oleh serat alam. Selain itu juga terdapat kekurangan dari jenis serat ini terutama kekuatan yang tidak selalu merata. Jenis-jenis serat alam seperti misalnya ; Sisal , Flex, Hemp, Jute, Rami, Kelapa, mulai digunakan sebagai bahan penguat untuk komposit polimer. Bahan komposit merupakan hasil penggabungan dari dua jenis atau lebih bahan yang memberikan sifat berbeda dari pada bahan-bahan tersebut jika dalam keadaan terpisah. Filosofinya adalah efek kombinasi dari bahan-bahan penyusunnya.Umumnya dalam komposit terdapat bahan yang disebut sebagai “matriks” dan bahan “penguat”. Bahan matriks umumnya dapat berupa logam, polimer, keramik, karbon. Matriks dalam komposit berfungsi untuk mendistribusikan beban kedalam seluruh material penguat komposit. Sifat matriks biasanya “ulet” (ductile). Bahan penguat dalam komposit berperan untuk menahan beban yang diterima oleh material komposit. Sifat bahan penguat biasanya kaku dan tangguh. Bahan penguat yang umum digunakan selama ini adalah serat karbon, serat gelas, keramik. Serat alam sebagai jenis serat yang memiliki kelebihan-kelebihan mulai diaplikasikan sebagai bahan penguat dalam komposit polimer.
Beberapa waktu lalu Sumenep sempat kedatangan investor dari Jepang, yang ternyata melihat potensi lahan di beberapa areal perkebunan dan pertanian di Sumenep, yang cocok membudidaya serat nanas. Sebab, ternyata tanaman yang banyak ditemukan di daerah Lenteng dan Ganding itu, memiliki nilai jual yang cukup ekonomis, dan bisa menjadi komoditi ekspor ke luar negeri, untuk produksi teknologi. Menurut Kepala Bidang Perkebunan Dinas Kehutanan Perkebunan Kabupaten Sumenep, Ir. Bambang Haryanto, untuk tanaman serat nanas banyak ditemukan di Desa Ellak Daya Kecamatan Lenteng dan Kecamatan Ganding. “Dari sekitar 446,43 hektar lahan tanaman serat nanas, sekitar 124,28 hektar di Kecamatan Lenteng, dan 102,36 hektar di Kecamatan Ganding. Sedangkan sisanya sekitar 10-20 hektar, tersebar di 18 Kecamatan,”ujar Bambang. Dijelaskan Bambang, tanaman yang sempat terlupakan dan hampir tidak pernah mendapat sentuhan teknologi itu, kali ini ternyata Investor Jepang membawa hasil panen serat nanas dari Sumenep ke Balai Penelitian Tanaman Serat (BALITAS) di Jakarta, dan selanjutnya mereka akan membawa sample tersebut ke negaranya untuk diuji. Bambang berharap, apabila tanaman serat nanas dari Sumenep nantinya cocok masuk ke Jepang, maka budidaya tanaman ini akan lebih ditingkatkan. Sebab, ternyata tanaman ini juga cocok di daerah dataran rendah di Kecamatan Pasongsongan dan Guluk-guluk. Dan tanaman ini tidak jauh beda dengan tanaman tembakau. ( Ren, Esha ). Manfaat dari kegiatan pengembangan dan penerapan material komposit berbasis bahan serat alam adalah:
1. Untuk pengembangan potensi pemanfaatan serat alam yang tersedia berlimpah di Indonesia sebagai hasl aktifitas pertanian, melalui penelitian karakterisasi material dan teknologi pemrosesan produk komposit ramah lingkungan yang bernilai ekonomis.
2. Dapat memenuhi kebutuhan industri yang berkembang di masyarakat, melihat ketersediaan di alam yang cukup besar dan biaya bahan yang jauh lebih murah. Produk yang dihasilkan dapat lebh ringan dan membutuhkan konsumsi energi yang rendagh, sehingga dapat menurunkan biaya produksi selain upaya meningkatkan nilai tambah produk lokal.
3. Peningkatan kemampuan rancang bangun dan manufaktur material komposit berbasis bahan serat alam untuk menunjang pembangunan industri dan kemandirian bangsa, khususnya dalam penguasaan teknologi material.
Di Sumenep pemanfaatan serat nanas masih minim dibanding daerah lain, akan tetapi tanaman yang banyak ditemukan di daerah Lenteng dan Ganding itu, memiliki nilai jual yang cukup ekonomis, dan bisa menjadi komoditi ekspor ke luar negeri, untuk produksi teknologi. Umumnya di Sumenep sebagian besar memproduksi tali dari serat nanas. Oleh karena itu, penulis menginginkan Sumenep menjadi pemproduksi yang lebih maju dan lebih mempunyai kualitas yang unggul dari sebelumnya. Dalam hal ini penulis telah mendesign sendiri suatu produk baru dan design produk ini akan penulis ajukan kepada pihak produksi serat nanas di Sumenep untuk diproduksi dan disebarkan ke beberapa daerah. Inilah produk design kami yang akan penulis tawarkan kepada pihak produksi.
Produk 1
(Gambar 1) adalah design sebuah produk berupa sandal berserat daun nanas. Sandal ini didesign sedemikian rupa untuk menarik minat konsumen terhadap produk ini. Seperti yang kita ketahui jarang kita temukan produk sandal seperti ini. Produk ini secara tidak langsung mewakili dunia tradisional dan dunia modern dengan berbasis alamiah. Dengan adanya produk ini, serat daun nanas yang awalnya hanya digunakan sebagai tali sekarang dapat digunakan sebagai aksesoris yang tidak kalah menariknya dengan aksesoris-aksesoris yang mahal. (Gambar 2) adalah design tempat barang yang kecil dan unik. Produk ini juga berserat daun nanas yang telah didesign untuk para remaja, anak-anak, maupun dewasa.
Cara pembuatan produk olahan serat nanas sebenarnya tidak sesulit yang kita bayangkan hanya diperlukan ketelatenan dan keterampilan yang. Serat nanas diperoleh dengan mengerik daun nanas secara manual menggunakan piring atau sendok. Benang dari serat nanas (sebagai pakan) akan ditenun bersama dengan lungsi (bahan dasar membuat kain).
Dengan grafik di atas kita dapat lebih memahami bahwa pengolahan serat nanas ternyata tidak sesulit yang seperti yang kita bayangkan hanya diperlukan ketelatenan yang sangat tinggi sehingga dengan begitu kita dapat berfikir positif bahwa nantinya akan menghasilkan produk yang kita inginkan. Dengan begitu kita dapat mengetahui lebih dalam bahwa tidak hanya buahnya saja yang dapat kita manfaatkan bahkan daun nanas yang nantinya menghasilkan serat dapat lebih berguna dan menghasilkan suatu produk unik yang dapat kita konsumsi.
Kita jangan menyepelekan bagian dari apapun karena semua mempunyai fungsi – fungsi tersendiri. Kita bisa lihat produk (lampiran 1) adalah produk berbahan dasar yaitu serat nanas, tidak menyangka bahwa produk dibawah ini berasal dari daun nanas yang dikerik, diolah, dan dirancang oleh pihak produksi sehingga menghasilkan produk yang unik dan menarik minat para konsumen. Mukena, busana, tas, dan selendang Muslim untuk wanita ini dengan bahan kombinasi yang bagus, yang mana atasannya dengan bahan yang halu, dingin serta untuk bawahannya dengan bahan serat nanas, mukena ini dilengkapi dengan Bordir halus dengan motif Bunga. Untuk Mukena ini terdiri dari 11 macam warna, dengan serat nanas yang berbeda-beda pula.
Fasilitas copy, ctrl + a, ctrl + c, dan klik kanan telah dimatikan (disable),
apabila hendak menyalin dan mendapatkan postingan ini
silahkan mendownload
0 Reactions:
Posting Komentar
Blog adalah suatu representasi dari individu penulisnya, baik pikiran, pengalaman, perasaan dan sebagainya (Manungkarjono, 2007). Blog juga merupakan suatu hasil karya cipta yang dilindungi UU 19 tahun 2002 tentang Hak Cipta.