Selasa, Februari 11, 2014


“Manusia itu ada dua, yang mati dalam hidupnya
Dan orang-orang yang hidup kekal dalam matinya”
Preambule buku

Gaza-Palestina adalah tempat kelahirannya. Lahir pada tahun 1938. Ditinggal Ayahnya ketika berusia 3 tahun. Terjatuh dan posisi kepalanya tersungkur ke tanah pada usia 14 tahun sehingga menderita lumpuh sebagian tubuhnya, membutuhkan kursi roda. Tidak melanjutkan kuliah padahal telah diterima di Universitas Kairo dikarenakan kondisi lingkungan sosialnya. Daerah Gazanya dijajah dan dikuasai oleh Yahudi pada usia 29 tahun. Berulang kali keluar masuk penjara karena membela Palestina. Anaknya (Abdul Hamid) dibunuh dengan dicekik oleh tentara Zionis Israel dihadapannya sendiri. Mengalami beberapa kali percobaan pembunuhan namun gagal. Rentetan peristiwa tersebut adalah kisah kehidupan seorang syahid Syaikh Ahmad Yasin. Puncaknya terjadi pada 22 Maret 2004, disebuah subuh yang dingin, pria tua dan lumpuh tersebut meraih impian tertingginya. Hidup mulia atau mati syahid, beliau memilih yang kedua. Kekuatan Israel yang semakin membuncah kepada sesosok yang tak mampu menggerakkan tangan dan kakinya karena lumpuh akhirnya mendorong mereka untuk menembakkan rudal dari sebuah helicopter Apache buatan Amerika. Innalillahi Wa Inna Ilaihi Raaji’un.

Menjadi seorang dai dan murabbi, Syaikh Ahmad Yasin membesarkan pemuda-pemuda Palestina untuk menjadi mujahid-mujahid tangguh. Memulai pergerakan pemuda dari masjid sehingga masjid menjadi lebih hidup dan berfungsi sebagai mana mestinya. Kondisi tubuhnya yang lumpuh tidak menghalangi dirinya untuk berkeliling keseluruh daerah Palestina sehingga syiar Islam dapat tersampaikan. Usaha beliau pun berhasil, bersama sahabat-sahabat seperjuangannya beliau berhasil mencetak generasi baru yang memahami makna dakwah dan mau berjuang membela dakwah tersebut sampai terwujudnya kemenangan. Palestinapun dapat lepas dari keterpurukan dan kehancuran akibat penjajahan Israel.

Saat ini Bumi Palestina tidak lagi menjadi tempat peperangan orang-orang dewasa melawan penjajah Israel, akan tetapi anak-anak kecil pun berani melawan tank-tank penjajah itu dengan batu. Perlawanan/pemberontakan (Intifadhah) rakyat Palestina yang masih berlanjut hingga sekarang dimulai pada tahun 1987 yang dikenal dengan pemberontakan pertama (Intifadhah ula). Tidak lain adalah Syaikh Ahmad Yasin seseorang laki-laki lumpuh berjiwa heroik yang menanamkan ide menyulut perlawanan sehingga menjadi satu gerakan yang mengalir dalam darah dan peluh bangsa Palestina.

Melalui kisah hidup beliau, menjadikan diri ini berfikir bahwa letak kekuatan yang sesungguhnya tidak terletak pada fisik, tidak terletak pada materi, tetapi kekuatan yang sesungguhnya terletak pada kuatnya kemauan dan kekuatan ruhiyah.



Nur Abdillah Siddiq
Mahasiswa Jurusan Teknik Fisika ITS, sedang menggeluti NanoTeknologi dan dunia pengembangan diri.Memiliki misi besar untuk menjadi insan yang memberikan kontribusi nyata pada agama Islam, Negara Indonesia, dan Orang Tua Tercinta (H. Fajar Rahman dan Hj. Sri Tumiasih).

0 Reactions:

Posting Komentar

Blog adalah suatu representasi dari individu penulisnya, baik pikiran, pengalaman, perasaan dan sebagainya (Manungkarjono, 2007). Blog juga merupakan suatu hasil karya cipta yang dilindungi UU 19 tahun 2002 tentang Hak Cipta.

Yuk Taaruf









Nur Abdillah Siddiq
Mahasiswa Jurusan Fisika ITS, sedang menggeluti Fiber Optik dan dunia pengembangan diri. Berusaha mengabdi dan memberikan kontribusi nyata pada agama Islam, Negara Indonesia, dan Orang Tua Tercinta (H. Fajar Rahman dan Hj. Sri Tumiasih).

Blog ini adalah website pribadi Nur Abdillah Siddiq. Diberdayakan oleh Blogger.

Translate

Popular Posts

Yuk Baca !

Yuk Baca !