Rabu, Juni 15, 2011

Feyerabend pernah menyindir bahwa para ilmuan hanya dapat hidup dari bantuan pajak, walau begitu hal ini tidak terjadi di China. Delapan dari sembilan pejabat Pemerintah adalah ilmuan. Rasio ini ditemukan pada semua tingkatan pemerintahan.

Tahukah anda kalau presiden China adalah ilmuan? Presiden Hu Jintao adalah seorang insinyur hidrolik. Perdana Menterinya, Wen Jiabao, adalah insinyur geomekanik. Faktanya, 8 dari 9 pejabat puncak di China adalah ilmuan. Apa makna para pejabat yang berpikir ilmiah ini dalam politik dalam peran sains dan teknologi di China sehingga mampu berkompetisi dengan AS dan dunia dalam hal inovasi dan ekonomi?

Coba sebutkan pejabat kita atau anggota DPR kita yang berasal dari kalangan ilmuan? Tidak bisa? Ya. Anda harus populer untuk dapat dipilih masyarakat dan masyarakat kita senang sesuatu yang tidak terlalu berbau ilmiah. Apakah ini berarti masyarakat China berbeda? Sebenarnya, menurut Norm Augustine, bukan hanya di China “… para ilmuan dan insinyur adalah selebriti di banyak negara. Mereka tidak dipandang kutu buku atau orang aneh, tapi tidak di Amerika.” Dan juga tidak di Indonesia.

Rahasianya terungkap oleh Program Penilaian Siswa Internasional atau Programme for International Student Assessment (PISA; 2010) dalam mata pelajaran membaca, sains dan matematika. Tes matematika untuk siswa di China? Ranking 1 PISA. Tes Sains? Ranking 1. Tes membaca? Ranking 1. Ranking 2 dan 3 dalam matematika ditempati Singapura dan Hong Kong. Sementara AS hanya peringkat ke 14 dalam membaca, 17 dalam sains dan 25 dalam matematika.

Penulis dari AS pernah mengkritik kalau kebudayaan China yang berbasis Konfusius terlalu menekankan prestasi akademis sedemikian hingga menekan perkembangan kreativitas dan ekspresi pribadi. Walau demikian, tampaknya China telah belajar beradaptasi dengan tekanan demikian. Sementara itu, separuh kandidat doktor di AS sebenarnya adalah imigran dan 70% peraih gelar doktor dibidang teknik di AS juga berasal dari luar negeri. Jika AS ditinggalkan para imigran cerdas ini, mungkin AS akan kebablasan dalam sains dan teknologinya.

Dan sepertinya penekanan keras pemerintah China pada sains dan teknologi membuahkan hasil gemilang. China telah menggantikan AS sebagai eksportir teknologi tinggi terbesar di dunia.

China unggul dibidang inovasi karena program pemerintah untuk produksi barang yang besar-besaran. Walau begitu, sejak 1980 tidak satupun pemenang Nobel berasal dari China. Hal ini diduga berkaitan dengan penekanan yang lebih tinggi pada sains terapan seperti teknik ketimbang pada sains murni.

0 Reactions:

Posting Komentar

Blog adalah suatu representasi dari individu penulisnya, baik pikiran, pengalaman, perasaan dan sebagainya (Manungkarjono, 2007). Blog juga merupakan suatu hasil karya cipta yang dilindungi UU 19 tahun 2002 tentang Hak Cipta.

Yuk Taaruf









Nur Abdillah Siddiq
Mahasiswa Jurusan Fisika ITS, sedang menggeluti Fiber Optik dan dunia pengembangan diri. Berusaha mengabdi dan memberikan kontribusi nyata pada agama Islam, Negara Indonesia, dan Orang Tua Tercinta (H. Fajar Rahman dan Hj. Sri Tumiasih).

Blog ini adalah website pribadi Nur Abdillah Siddiq. Diberdayakan oleh Blogger.

Translate

Popular Posts

Yuk Baca !

Yuk Baca !