"Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh yang ma'ruf dan mencegah yang munkar dan beriman kepada Allah ...!' (Terjemahan QS. Ali Imran [3] : 110).
1. Menyamakan persepsi mengenai “PRESTASI”
Secara fitrah dalam diri manusia telah tercipta dan tersimpan sebuah “file prestasi”. Dalam artian setiap manusia yang hidup dalam kondisi normal dipastikan mendambakan prestasi, sekecil apapun hingga sebesar apapun prestasi yang ingin diraihnya. Mereka menginginkan dirinya menjadi manusia sukses dan beruntung terhadap apa yang diinginkan. Dan sebaliknya, tidak seorangpun yang menginginkan dirinya menjadi manusia gagal, tidak berprestasi dalam menjalani kehidupannya.
Umat Islam telah dianjurkan untuk saling berlomba-lomba dalam melakukan kebaikan di dunia untuk memperoleh kenikmatan di akhirat, “fastabiqul khairta (berlomba-lomba dalam kebaikan)” (Q.S. Al Baqarah: 148). Allah SWT juga menyuruh umat Islam sebagaimana dalam Al Qur’an agar menjadi “Khairu ummah (sebaik-baiknya ummat)” (Q.S. Ali Imron: 110). Dan sebagaimana tujuan Allah menguji manusia supaya terbukti siapakah yang paling baik amalnya (Q.S. Al-Mulk: 2).
Rasulullah SAW adalah teladan umat muslim yang sangat menyukai dan mencintai prestasi. Hampir setiap perbuatan yang dilakukan Rasulullah, selalu terjaga mutu dan kualitasnya. Pada hakikatnya prestasi adalah berlomba-lomba dalam mengejar ridho Allah. Mengukur seseorang dari prestasi kerjanya adalah standarisasi penilaian yang islami, karena Islam memang mengajarkan bahwa penghargaan tidak berdasarkan keturunan tetapi amal atau kerja. Realita ini yang membedakan antara masa pra-Islam dengan masa Islam itu sendiri. Sebagai panduan dasar keberislaman, secara tegas Al-Quran menerangkan hal tersebut, seperti dalam firman Allah Swt.: ”Bahwa yang diperoleh manusia hanya apa yang diusahakannya. Bahwa usahanya akan segera terlihat” (Q., 53: 39-40).
Prestasi yang dimaksud disini adalah keberhasilan meraih apresiasi/pengakuan dari lembaga/organisasi/perorangan atas usaha maksimal yang telah dilakukan. Jadi prestasi bukan diri kita yang menyematkannya. Cabang dari prestasi dapat berupa prestasi akademik, prestasi sosial, prestasi seni, dan prestasi entrepreneur. Adapun jika seseorang melakukan usaha/berbisnis tetapi tidak mendapatkan pengakuan (pengakuan industri terkreatif tahun ini misalnya dari BUMN) hal ini bukanlah prestasi yang dimaksud disini.
Prestasi yang menjadi sorotan utama bagi seorang mentor adalah prestasi pada sektor akademik. Hal ini karena tugas utama seorang mahasiswa sebagai kaum intelektual adalah belajar. Prestasi akademik dapat berupa memiliki IP (indeks prestasi) yang diatas rata-rata (IP>2,75) dan memuaskan, maupun memenangkan lomba diskusi, debat, presentasi, karya tulis, olimpiade bidang keilmuan, yang akhirya merujuk pada mahasiswa berprestasi (MAWAPRES).
2. Mengapa mentor harus berprestasi
Ketika mendengar kata “prestasi”, maka akan timbul di benak kita tentang bayangan mengenai “orang barat” dengan peralatan canggihnya, maupun “orang cina” dengan kemampuannya yang luar biasa. Sedikit sekali yang terlintas dalam benaknya ketika mendengarkan kata prestasi adalah bayangan seorang muslim yang taat beribadah kepada Allah. Inilah urgensi mengapa kita sebagai umat muslim utamanya mentor perlu untuk berprestasi, agar paradigma tersebut dapat bergeser.
Jika kita melihat fakta, di negara dengan mayoritas Muslim diantara 1 juta penduduk hanya ada 230 saintis/ilmuwan, di Amerika terdapat 5000 saintis per 1 juta penduduk. Di negara dengan mayoritas nasrani, ada 1000 teknisi per 1 juta penduduk, d dunia Arab hanya ada 50 teknisi per 1 juta penduduk (Yahudi, Mengapa Mereka Berprestasi? halaman 16).
Mentor harus berprestasi karena mentor adalah panutan/role model/tauladan bagi para mente. Yang harus diingat adalah tindakan berteriak lebih lantang dibandingkan dengan kata-kata. Mente selain melihat apa yang dikatakan oleh mentor tentu akan melihjat background dari mentor tersebut. Hal yang paling mudah adalah mente melihat IPK dari mentor melalui INTEGRA. Hal ini bukanlah pandangan yang sempit, namun hal ini adalah pandangan yang sederhana namun benar. Apabila IPK bagus, maka mente akan lebih percaya dan lebih mau meneladani mentornya.
Ingatlah bahwa setiap orang mempunyai potensi untuk BISA meraih prestasi, yang membedakan adalah kemauan dan kerja keras seseorang untuk mendapatkannya .Sebagai contoh ketika ingin menjadi orang yang berprestasi dalam bidang Nanoteknologi maka orang tersebut haruslah berusaha untuk menjadi seorang yang berkompeten di bidang Nanoteknologi.
Menurut Thomas Alfa Edison, kesuksesan adalah 1% pemikiran dan 99% kerja keras, begitu pula dengan prestasi, prestasi itu harus diupayakan, harus bekerja keras kita untuk meraihnya.
Pengalaman telah mengajarkan tidak ada prestasi tinggi yang dicapai kecuali dengan kerja keras, kesungguhan, ketekunan, ketelitian, dan selalu belajar dari kesalahan untuk bangkit dan perbaiki. Oleh sebab itu bangkitlah dan jangan ditunda-tunda lagi utk menjadi seorang mentor yang berprestasi yang unggul dalam potensi yang telah dianugerahkan Allah SWT kepada tiap diri hamba-hambanya.
3. Ciri-ciri mentor prestatif
Mengutip dari ilmu psikologi, McClelland, Atkinson dan Birch (dalam Bernstein, dkk, 1988) mengatakan bahwa ciri-ciri individu yang memiliki motivasi berprestasi yang tinggi adalah :
1. Menetapkan tujuan yang menantang dan sulit namun realistik.
2. Terus mengejar kesuksesan dan mau mengambil resiko pada suatu kegiatan
3. Merasakan puas setelah mendapatkan kesuksesan, namun terus berusaha untuk menjadi yang terbaik
4. Terpacu untuk terus mencoba dan mengambil kesempatan
5. Tidak merasa tergangu atas kegagalan yang diperoleh.
Sebaliknya, Atknson dan Feather(dalam Feldman, 1992) mengatakan bahwa ciri-ciri individu yang memiliki motivasi berprestasi yang rendah adalah individu yang termotivasi oleh ketakutan akan kegagalan. Dalam melakukan tugas, individu tidak memikirkan bahwa dirinya akan mendapatkan kesuksesan, tetapi lebih fokus agar suatu tugas yang dilakukannya tidak mendapatkan kesuksesan, tetapi lebih terfokus agar suatu tugasyang dilakukannya tidak mendapatkan kegagalan. Sebagai hasilnya dalam mencari tugas, individu cenderung untuk mengambil tugas yang mudah sehingga dirinya yakin akan terhindar dari kegagalan atau mencari tugas yang sangat sulit sehingga kegagalan bukanla hhal yang negatif karena hampir semua individu akan gagal melakukannya. Selain itu, individu juga menghindari tugas yang tingkat kesulitannya menengah karena individu mungkin akan gagal sementara yang lain berhasil (Atkinson & Feather dalam Feldman, 1992). Ditambahkan pula menurut Weiner (dalam Bernstein, dkk, 1988) bahwa ciri-ciri individu yang memiliki motivasi berprestasi yang rendah adalah individu yang apabila dirinya memperoleh kegagalan setelah melakukan tugas maka individu tersebut cenderung untuk meninggalkan tugasnya dengan segera
Meskipun nilai prestasi yang dibahas disini hanya diukur dari hasil yang nampak. Namun, jika tidak terwujud sesuai harapan, hendaknya seseorang melakukan introspeksi/muhasabah mengapa ia gagal. Banyak manusia yang stress, frustrasi, akhirnya menghalalkan segala cara, depresi hingga tidak terkendali dengan melakukan bunuh diri karena ia putus asa dalam mengejar prestasi.
4. Menjadi mentor prestatif
Identik dengan kesuksesan, prestasi adalah titik temu antara persiapan dan kesempatan. Oleh karena itu mentor seyogyanya selalu dalam keadaan siap untuk berkompetisi, agar ketika datang suatu kesempatan, maka ia dapat mengambilnya dan mengupayakannya secara optimal.
Untuk menjadi orang yang selalu siap, maka harus ada satu bidang yang benar-benar dikuasai oleh mentor. Hal ini seperti keadaan pada saat zaman Rasulullah, sahabat-sahabat Rasul memiliki spesialisasinya sendiri-sendiri. Begitu pula mentor, harus ada satu bidang yang ia benar-benar kuasai seluk-beluknya, misalnya “bahasa Inggris”. Jadi ia harus menekuni bahasa inggris dari A sampai Z hingga menjadi mahir. Sehingga ketika ada lomba debat bahasa Inggris ia telah siap untuk berkompetisi.
Mengenai kesempatan, menurut pepatah kesempatan tidak pernah datang dua kali. Untuk mengetahui adanya kesempatan, kita membutuhkan informasi. Pada zaman saat ini, informasi tidaklah susah untuk diperoleh. Namun masih banyak para mentor yang kesulitan untuk mendapatkan akses informasi mengenai lomba-lomba, berikut kiat-kiat optimalisasi mendapatkan informasi lomba.
a. Mengoptimalkan penggunaan facebook, informasi lomba sering sekali di informasikan melalui facebook. Hal ini dapat dilakukan dengan cara bergbung dengan grup-grup yang meng-update info-info lomba.
b. Website info lomba seperti www.info-lomba.com, lombaapasaja.blogspot.com, lomba-terhangat.blogspot.com, ajangkompetisi.com, dan lain sebagainya.
Tantangan terbesar dalam menjadi seorang yang prestatif adalah kemampuan untuk bisa memanajemen waktu. Dibutuhkan manajemen waktu yang baik, karena biasanya pada saat mengikuti kompetisi-kompetisi di luar kota, tidak jarang kita mengorbankan waktu kuliah kita. Bagi mahasiswa yang memanajemen waktunya dengan buruk, maka dapat mengalami ketertinggalan mata kuliah.
Nur Abdillah Siddiq
Mahasiswa Jurusan Teknik Fisika ITS, sedang menggeluti NanoTeknologi dan dunia pengembangan diri.Memiliki misi besar untuk menjadi insan yang memberikan kontribusi nyata pada agama Islam, Negara Indonesia, dan Orang Tua Tercinta (H. Fajar Rahman dan Hj. Sri Tumiasih). Bagi yang ingin melakukan konsultasi mengenai pengembangan diri menuju legenda pribadi, dapat menghubungi via email Siddiq.tf@gmail.com atau no.hp 087750118140.
0 Reactions:
Posting Komentar
Blog adalah suatu representasi dari individu penulisnya, baik pikiran, pengalaman, perasaan dan sebagainya (Manungkarjono, 2007). Blog juga merupakan suatu hasil karya cipta yang dilindungi UU 19 tahun 2002 tentang Hak Cipta.