Penulis : Prof. Dr. Falih bin Muhammad bin Falih Ash Shughayyir
Penerjemah : Dra. Fairuz Muhammad Nahdi
Penerbit : Darus Sunnah
Tahun terbit : Juni 2009
Cetakan : Pertama
Banyak halaman : 139 halaman
Marah adalah gejolak dalam jiwa yang memiliki hasrat untuk menyerang dan membalas. Sealain itu, marah adalah mendidihnya darah dari jantung dan pengaruh gejolaknya terlihat pada anggota tubuh, seperti memerahnya wajah, urat yang tegang dan mata yang memerah.
Marah menurut ilmu pengetahuan dan sains disebabkan oleh reaksi kimia dalam tubuh yakni terjadinya peningkatan hormon adrenalin dalam darah. Semakin besarnya tingkat kemarahan akan menjadikan aliran ke darah semakin deras, yang dapat memacu pada bertambahnya denyut jantung higga mencapai 72-150 denyutan/menit.
Peningkatan aliran darah itu yang dikirimkan jantung ke anggota tubuh menimbulkan meningkatnya tensi seketika itu, yang akan menampakkan gejala yang lain, seperti menegangnya urat nadi, wajah yang memerah, dan melebarnya biji mata, mata bergetar, dan barangkali tanda-tanda lain akan tampak sesuai dengan perangai orang yang emosi.
Adapun jika marahnya sedang-sedang saja atau orang tersebut dapat menguasai dirinya ketika dalam kondisi yang mempengaruhinya, maka sesungguhnya kelenjar tersebut mengeluarkan hormon adrenalin sedang-sedang juga dan itu penting bagi tubuh untuk kegiatan peredaran darah dan untuk menghidupkan jantung dengan bantuan tubuh dengan kemampuannya yang wajar dalam memperoleh riskinya dan untuk melawan musuh-musuhnya.
Asalnya kemarahan dari setan. Meskipun para dokter menjelaskan secara ilmiah dengan intraksi kimia di dalam tubuh, kecuali bahwa ada faktor lain yang masuk dalam proses kimia ini, membakar dan menelannya dan dialah penanggung jawab sebenarnya dari kondisi marah yang ada.
Pada manusia, faktor ini adalah setan yang tidak senang dengan ketenangan yang ada pada manusia. Ini merupakan kebenaran yang tidak banyak diketahui oleh orang awam dan juga spesialis jiwa.
Sesungguhnya setan ini berjalan di urat nadi anak Adam, ini adalah sesuatu yang hakiki (benar-benar terjadi), Rasulullah SAW bersabda:
“Sesungguhnya marah itu dari setan dan sesungguhnya setan diciptakan dari api dan sesungguhnya api dipadamkan dengan air, maka jika seorang dari kalian marah, maka berwudulah. (Sunan Abi Dawud, nomor 4785, hal. 678)
Kebanyakan dokter jiwa masa kini berpendapat bahwa asal marah berkaitan dengan anggota tubuh dan urat syaraf, tidak beraitan dengan setan dan lainnya. Pengobatannya pun dilakukan dengan jamu dan obat penenang. Obat-obatan ini bereaksi dengan cepat, tetapi tidak menghilangkan efeknya dan pasien jiwa kembali pada kondisi semula (sakit), bahkan kondisinya bertambah buruk sebagai efek dari jamu dan obat penenang tersebut, yang semata-mata dibuat untuk penyakit anggota tubuh dan badan, dan tidak ada kaitannya dengan penyakit jiwa dan kondisi marah yang menimpa manusia. Sebab, jiwa itu berbeda dengan raga, maka pengobatannya pun tidak bisa disamakan.
Kemudian, hendaklah para spesialis ini melihat bahwa banyak kondisi untuk beberapa pasien yang mengadukan sakit di kepala atau sendi atau anggota tubuh yang lain dari fisik manusia.
Sesudah pemeriksaan dan penelitian laboratorium dan rontgen, maka dapat diperlihatkan bahwa tidak terdapat penyakit di anggota tubuh dan tidak terdapat bekas penyakit, tetapi masih terdapat rasa nyeri dan sakit di tubuh.
Tidak diragukan sesungguhnya itu adalah kebenaran yang tidak ada jalan keluar dan sesungguhnya setanlah yang berjalan di pembuluh darah anak Adam.
Dalam sekejab, manusia dapat tertimpa emosi tertentu, seperti marah atau takut atau sedih atau lainnya. Untuk itu, orang ini merasa sakit pada anggota tubuh, sendi atau kepala yang dipengaruhi oleh was-was dari setan ketika mendapati setitik kelemahan di tubuh ini.
Menurut hadist Nabi yang mulia, kemarahan dikelompokkan menjadi dua, yakni marah yang terpuji dan marah yang tercela. Setiap jenis kemarahan mempunyai kondisi, kedudukan dan perilakunya masing-masing dan pengaruh pada dirinya sendiri dan masyarakat, berupa kebahagiaan dan kesengsaraan.
Marah yang terpuji yakni marah yang timbul disebabkan semata-mata karena Allah Ta’ala dan hak-hak-Nya dan tidak karena alasan-alasan manusiawi. Marah yang terpuji disebabkan oleh pelanggaran terhadap hak-hak Allah, seperti perusakan terhadap akidah atau pencelaan atau bid’ah dalam pelaksanaan ibadah atau pembunuhan terhadap muslim atau perampasan harta yang bukan haknya atau penyerangan terhadap sebuah wilayah atau penguasaan harta benda atau berkembangnya maksiat dan lainnya dari yang diharamkan dan dilarang dalam Agama Allah. Oleh karena itu dalam kondisi seperti ini, kemarahan menjadi wajib dan terpuji, Allah Ta’ala berfirman,
مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ
Muhammad Rasulullah dan orang-orang yang bersamanya adalah orang-orang yang keras terhadap orang-orang kafir dan saling menyayangi di antara sesama mereka. (QS. Al-Fath: 29)
يَاأَيُّهَاالنَّبِيُّجَاهِدِالْكُفَّارَوَالْمُنَافِقِينَوَاغْلُظْعَلَيْ
هِمْوَمَأْوَاهُمْجَهَنَّمُوَبِئْسَ الْمَصِيرُ
Hai Nabi, perangilah orang-orang kafir dan orang-orang munafik dan bersikap keraslah terhadap mereka. Tempat mereka adalah neraka Jahannam dan itu adalah seburuk-buruk tempat kembali. (QS. At-Tahrim : 9)
Terdapat ancaman yang keras bagi orang yang tidak marah dalam kondisi-kondisi ini, Rasulullah SAW bersabda,
“Tidaklah suatu kaum yang mengerjakan banyak kemaksiatan, kemudian mereka mampu untuk merubahnya, tetapi mereka tidak melakukannya, maka Allah segera menimpakan siksa secara merata kepada mereka” (Sunan Abi Dawud, nomor 4338, halaman 609-610)
Semua ini menjelaskan bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam penah marah, dan beliau tidak marah, kecuali hak-hak Allah Ta’ala dilanggar.
Marah yang dimaksud disini tidak mengeluarkan manusia dari kondisinya yang alami yaitu kondisi tenang. Sehingga ia melakukan aktivitas seperti dalam kondisi normal sebelum kemarahannya, maka ia tidak melakukan penganiayaan dengan ucapan atau perbuatan. Marah yang seperti inilah yang memberikan beberapa manfaat, yaitu:
a. Memberikan kepadanya pertahanan diri untuk menguabah kemungkaran ini.
b. Perubahan paras muka manusia yang disebabkan kemarahan ini menunjukkan pada beratnya kekejian ini yang bukan merupakan perkara yang biasa.
c. Orang yang menyaksikan dan yang mendengar kemarahan ini menanti jawaban atas apa yang dilihat disebabkan besarnya pengaruh pembicara, maka kemarahan ini bisa jadi sebagai penolak bagi jawaban.
Adapun jika kemarahan ini keluar dari batas normal dan melanggar batas-batas syariat seperti melanggar hukum-hukumnya atau ucapan-ucapannya atau perilakunya atau tidak mengetahui apa yang dia katakan atau tidak menahan ucapan-ucapannya atau menambah perkataan dari perkara yang dimaksud atau memukul atau seterusnya, maka semua ini dan contoh-contohnya mengubah kemarahan ini dari bentuk terpuji menjadi bentuk tercela.
Marah yang tercela adalah marah yang disebabkan oleh pembelaan untuk dirinya, dan kemarahan ini akan berdampak negatif (berbahaya) bagi dirinya dan masyarakat. Inilah yang diperingatkan Rasulullah SAW kepada kita dalam banyak hadist.
Pengaruh hawa nafsu itu menjadikannya bertindak tidak bijaksana dan tidak masuk akal. Adapun jiwa yang kosong dari iman atau lemah memungkinkan setan menjadikannya tempat tinggal yang cocok karena setan akan beranak-pinak di dalamnya dan membisiki apa yang diinginkan untuk menyesatkanny dengan kesesatan yang jauh.
Ada ruang besar untuk marah dalam jiwa yang seperti ini, karena dia berkecenderungan untuk mempunayi emosi atau penyakt jiwa, maka akan terlihat ketika marah. Jiwanya keluar dari keadaan yang biasa dan ketika itu orang tersebut menjadi seperti orang gila yang berubah roman mukanya dan mengucapkan kata-kata yang buruk. Selain itu dia terbakar dalam kobaran api (kemarahan).
Pada kondisi ini, dia tidak dapat dibedaan dengan orang gila. Hal ini yang banyak diserukan oleh Ahli Jiwa, mereka mengatakan, “Bahwa marah itu setengah dari kegilaan singkat dan sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang dilakukan pada waktu itu, sesudah berhentinya akal (tidak berfungsi karena terbawa emosi), maka dapat melakukan apa saja.”
Adapun hal-hal yang dapat menyebabkan timbulnya kemarahan adalah:
1. Perselisihan antara suai istri.
2. Kemiskinan
3. Penganiayaan
4. Dengki (hasad)
5. Permasalahn remaja dan kemarahan yang ada di dalamnya.
Tidak diragukan lagi bahwa marah mempunyai pengaruh yang menakutkan dan berbahaya. Secara garis besar dibagi menjadi 3, yakni:
1. Pengaruh sosial
2. Pengaruh pada kesehatan
3. Pengaruh pada jiwa
Islam telah menunjukkan untuk berhati-hati terhadap marah atau mengobatinya jika terjadi dengan beberapa pengarahan yang mungkin dapat menolongnya untuk melindungi diri dari kemarahandan pengaruhnya.
Pengobatan dalam kondisi marah dari semua sisi, yang penting adalah:
1. Menyadari bahwa kemarahan adalah penyakit berbahaya dan penyakit yang tidak dapat diobati.
2. Agar orang menjauhi penyebab-penyebab marah dan tuntutannya.
3. Berlindung kepada Allah ta’ala dari setan yang terkutuk.
4. Wudhu aalah resep Nabi dalam meringankan tekanan kemarahan pada manusia dan mematikan kobarannya, menenangkan jiwa yang marah, menurunkan suhu tubuh yang menyala akibat emosi.
5. Mendekat ke bumi (bersujud).
6. Perubahan posisi ketika sedang marah
7. Menahan kemarahan pada saat marah dan dengan memaafkan dan tanpa membalas
8. Diam dan menjaga lidah untuk berbicara ketika marah.
9. Berbuat baik kepada orang yang berbaut jahat merupakan tingkatan ihsan tertinggi.
10. Santun dan sikap yang manis dengan segala kemuliaan akhlak ketika marah, tidak ada hukum atas sesuatu, kecuali sesudah adanya kepastian hukum. Sebagai penolakan terhadap perusakan yang kadang berakibat adanya pembelaan dan bals dendam.
11. Agar pemarah dapat menguasai dirinya ketika sedang marah, bijaksana, dengan tidak memelihara kemarahan untuk balas dendam, dan berbicara.
Dakwah dan pendidikan meruapakan cita-cita yang besar dan pada waktu yang bersamaan juga merupakan cita-cita yang dirindukan. Oleh karena itu, urusan sopan santun di dalamnnya harus diperbesar, diperkuat, dan dijauhkan dari kemarahan.
Beberapa orang dilahirkan dan salah satu sifatnya adalah cepat marah. Akan tetapi, orang yang meraih kemuliaan, maka dia harus tahan terhadap kesulitan dan cobaan dalam perjalanan meraihnya. Jika menginginkan ketenteraman, maka dia harus santun, sebagaimana dia menginginkan ilmu, maka dia harus belajar.
Nasihat untuk para pendidik, da’i dan ulama,
1. Kalian ingin agar orang-orang mendengarmu, maka santunlah dan tersenyumlah.
2. Kalian ingin agar mereka memperbaiki kesalahan mereka, maka sayangilah mereka dan bertanggung jawablah terhadap mereka.
3. Kalian ingin agar mereka mencintaimu, maka tampakkan kecintaan pada mereka dan bersabarlah atas kata-kata dan perbuatan mereka.
4. Kalian ingin membawa mereka dari kegelapan menuju terangnya hidayah, maka bersabarlah.
5. Kamu ingin menempuh jalan nabi dan rasul, maka ketahuilah bahwa didepannya terdapat rintangan kesulitan dan duri-duri.
6. Kamu ingin melihat buah pekerjaanmu, maka jauhkanlah dari apa pun yang dapat memperkeruh kejernihan jalanmu dan salah satunya adalah kemarahan.
7. Kamu ingin mengesankan mereka dengan ide-ide dan metodemu, maka dekatkanlah manusia walaupun mereka marah padamu.
8. Kamu ingin mentransfer ilmu yang bermanfaat yang kamu punya, maka jangan marah.
Nur Abdillah Siddiq
Mahasiswa Jurusan Teknik Fisika ITS, sedang menggeluti NanoTeknologi dan dunia pengembangan diri.Memiliki misi besar untuk menjadi insan yang memberikan kontribusi nyata pada agama Islam, Negara Indonesia, dan Orang Tua Tercinta (H. Fajar Rahman dan Hj. Sri Tumiasih). Bagi yang ingin melakukan konsultasi mengenai pengembangan diri menuju legenda pribadi, dapat menghubungi via email Siddiq.tf@gmail.com atau no.hp 087750118140.
0 Reactions:
Posting Komentar
Blog adalah suatu representasi dari individu penulisnya, baik pikiran, pengalaman, perasaan dan sebagainya (Manungkarjono, 2007). Blog juga merupakan suatu hasil karya cipta yang dilindungi UU 19 tahun 2002 tentang Hak Cipta.