Cover Buku |
Puitis, Menggerakkan, dua kata itulah yang menggambarkan buku karangan politisi partai dakwah ini, Ust. Anis Matta.
Puitis, karena dalam pembahasannya, sangat sering Ust. Anis Matta menggunakan kata-kata konotatif dan metafora yang cerdas, mengutip dari para puitisi-puitisi terbaik, seperti puitisi terbaik Arab yakni Al-Mutanabbi dan puitisi tersohor Indonesia yakni Chairil Anwar. Rasanya tidak heran, karena Ust. Anis Matta sepertinya sangat terobsesi dengan dunia sastra, “Ajarkanlah sastra pada anak-anakmu, agar anak pengecut menjadi pemberani”, itulah ucapan Umar Bin Khattab RA yang sering diulang dalam beberapa topik tulisan dalam buku tersebut.
Menggerakkan, karena buku ini adalah refleksi dari kejayaan Islam masa lalu, refleksi dari kejayaan para pahlawan Indonesia merebut kemerdekaan, bukan berisi fiktif yang kisahnya mungkin tidak bisa kita capai. Menggerakkan melalui pendekatan historis, mengungkapkan bahwa kita bisa menggapai kejayaan di masa lalu karena kita pernah menggapainya, yang hanya perlu kita lakukan adalah mengulang masa lalu, ya hanya mengulang.
Jika membaca buku ini dari awal, mencari pahlawan Indonesia, maka akan nampak seperti rentetan cerita yang apik dan terstruktur, seakan-akan seperti buku yang telah dirancang sebelumnya, penjelasan dimulai dari krisis pahlawan yang terjadi di tanah air, kemudian dilanjutkan dengan urgensi pahlawan, naluri dan karakter yang harus dimiliki pahlawan, rintangan menjadi seorang pahlawan, bagaimana mengatasi rintangan tersebut, dan diakhiri dengan bagaimana cara mencetak pahlawan. Ibarat perjalanan dari Sumenep ke Surabaya, Ust. Anis Matta mampu menyetir kendaraan “pahlawan” dengan mantap dan tanpa tersesat. Tetapi, yang mengagetkan bahwa buku ini adalah kumpulan dari tulisan Ust. Anis Matta mengenai serial kepahlawan yang dimuat di Majalah Tharbawi. Inilah yang membuat saya terheran-heran, kemudian kagum, bagaimana bisa tulisan demi tulisan yang dimuat dalam majalah selama empat setengah tahun lamanya bisa menjadi sebuah buku yang terstruktur? Apik dibaca tanpa harus terputus dengan judul yang lain? Benar-benar khas.
Mengutip ucapan Taufiq Ismail dalam pengantar buku tersebut, “Bacaannya yang luas dalam sejarah kepahlawanan dunia Islam memungkinkan pengarang membentangkan panorama tarik sejak zaman Rasulullah sampai masa kini secara informatif dalam kemasan kolom ringkas dan padat, sependek 400-500 kata. Tidak mudah menulis ringkas bernas, seperti juga tidak gampang bicara pendek padat makna”. Itulah yang menggambarkan struktur tulisan dari tiap kolom tulisan Ust. Anis Matta.
“Pahlawan adalah anak peradaban”, frase itulah yang saya ingat dan saya garis bawahi. Bahwa setiap orang berpotensi untuk menjadi pahlawan pada masanya, karena pada hakikatnya kita semua adalah anak peradaban.
Saya ingin anda membacanya sendiri, dan rasakan munculnya gairah semangat untuk menjadi pahlawan. Pahlawan yang mampu meraih posisi paling terhormat di sisi Allah SWT. Buku dapat didownload di klik untuk download.
0 Reactions:
Posting Komentar
Blog adalah suatu representasi dari individu penulisnya, baik pikiran, pengalaman, perasaan dan sebagainya (Manungkarjono, 2007). Blog juga merupakan suatu hasil karya cipta yang dilindungi UU 19 tahun 2002 tentang Hak Cipta.