BAHAYA - Membaca kisah pribadi saya ini akan membuat anda menjadi ingin segera MENELITI |
Jika kita menjiplak penuh jurnal orang lain kemudian mengklaimnya menjadi milik kita, menjadi ide kita, itu namanya plagiarisme.
Tetapi
Jika kita mengutip beberapa jurnal dan merangkainya menjadi satu kesatuan yang utuh, mengembangkannya sedikit, kemudian mengklaimnya menjadi milik kita, menjadi ide kita, itu namanya PENELITIAN !
(Lelucon dari suatu fanspage facebook)
Lelucon diatas mendasari lahirnya ide-ide penelitian saya. Ya, sebagaimana suatu lelucon, yang "kadang" merupakan saripati suatu kebenaran. Simple sebenarnya penelitian itu, seperti yang dijelaskan dalam lelucon itu, tinggal comot sana, comot sini, kembangkan sedikit saja, jadilah topic penelitian. Karena dari saking simplenya, tidak banyak orang yang menyadari hal tersebut. Disanalah seninya. Seni adalah indah bagi orang yang mengetahui makna dibalik seni itu. Lukisan Monalisa? Bagi orang yang tidak mengerti seni, itu tidak lebih dari gambar seorang wanita yang seolah-olah dipotret close up, jadi apa bagusnya foto close up? Dulu tidak ada camera Kodak, jadi ya mau tidak mau harus dilukis untuk mengabadikan sesuatu. Tapi bagi seorang penikmat seni lukis, ia melihat ada detail-detail geometri, gradasi warna yang menakjubkan, detail-detail deret Fibonacci (ngarang), dsb (saya masih belajar menikmati seni lukis :D ).
Banyak orang yang merenung, mencari inspirasi untuk mendapatkan topic penelitian. Bahkan saya pernah membaca selebaran jasa pembuatan tugas akhir dan skripsi, TERIMA JADI, delivery lagi (+ diskon, weleh-weleh). Entahlah, zaman yang berderap semakin cepat, atau manusianya yang malas luar binasa (tidak salah ketik), yang jelas, banyak orang yang mempersulit diri ketika berhadapan dengan yang namanya penelitian! Tidak ada ide, itu adalah alasan klasik dan sepertinya abadi bagi mahasiswa yang tidak mau belajar seni meneliti (maaf, saya masih newbie banget dalam meneliti, namun karena didasari ““Ballighuu ‘anny walau ayah””, saya akan berusaha sharing apa yang saya tahu dalam bidang penelitian, meskipun cetek sih).
Begini, apa yang menjadi minatmu yang berhubungan dengan jurusan dan studi mu? Paling repot kalau sudah tidak ada minat, minat politik, padahal jurusan teknik, wah susah, hehe (mohon maaf apabila ada kesamaan cerita, itu hanyalah fiktif belaka, hehe). Oh, saya minat ke “mesin pendingin”. Pemanasan global men, penipisan lapizan ozon, semua karena mesin pendingin. Kemudian IQRA'! (bacalah). Satu atom Klorin dapat menguraikan 1.000.000 molekul ozon menjadi oksigen. Coba ketik di google, “perkembangan mesin pendingin”. Catat bagian-bagian mesin pendingin, oh ada evaporator, ada compressor, ada tube, ada refrigerant. Wah, refrigerant? Kayaknya keren. Cari lagi di google, ketikkan “Jurnal Refrigeran filetype:pdf”, ingat harus ditambah “filetype:pdf”. Maka kita akan mendapatkan jurnal-jurnal yang berhubungan dengan refrigeran. Paling banyak sih jurnal dari ITS yang beredar di internet, gratis pula, terutama jurnal teknik lho ya, jurnal kedokteran juga ada, instrumentasi medis :D , dari Teknik Fisika atau elektro sik biasanya.. Berdasarkan survey yang saya lakukan, hampir setiap flashdisk yang tertancap ke laptop saya, saya sering kali melihat ada file pdf yang tulisannya “ITS-Undergraduate…”, baik anak UI, anak UGM, apalagi anak ITS (pengalaman pas KP). Prok prok prok. Vivat !!! Hidup ITS, Hidup ITS, Hidup ITS!
Tapi, tapi, saya alergi dengan jurnal bro. Handbook aja nggak pernah baca, yang jadi dasar, apalagi jurnal, yang uda penerapan. Tenang aja mas bro, jurnal juga berisi dasar-dasar, tetapi bedanya, kalau jurnal itu dari judul itu sudah ketahuan gambaran besarnya, dan hanya teori-teori yang berhubungan saja yang ditambilkan di dasar teori, jadi lebih gampang kan? Ngerti teori ini dan teori itu gunanya buat apa, ya that is REVERSE ENGINEERING. Dari gambaran besar, kemudian dibongkar ke bagian-bagian kecil. Ngerti ternyata potongan-potongan kecil bisa membnetuk satu kesatuan utuh. Berbeda dengan handbook, dari potongan-potongan kecil, dan ketika mau dirangkai menjadi sesuatu, eh kita bingung mau milih potongan yang mana. Jadi, sebenarnya, menurutku lebih mudah belajar dari jurnal lho dari pada dari handbook (kecuali kalkulus, matematika, dan yang se-spesies).
Kembali ke refrigerant.
Kita baca jurnal tentang refrigerant, oh ternyata sekarang ada yang namanya NANOREFRIGERANT. Hmm, keren-keren. Nah kita ketik lagi di mbah google, supaya tambah jos, kita pakai kata kunci bahasa inggris, secara penelitian di Indonesia kalah jauh men dibandingkan dengan penelitian di jepang di amrik, dan Negara lain, ya karena kita-kita ini, yang males untuk meneliti (ditujukan untuk diri saya sendiri). Padahal di Israel? Saya pernah baca kalau disana penelitian jadi nomer 2 men, setelah militer. Sejak SD, anak-anak Israel sudah dirangsang untuk meneliti melalui sains projectnya. Ide yang paling konyol dan nggak bermanfaatpun didukung dengan pendanaan penuh. Jadi jangan heran, kalo noh orang-orang CERN mayoritas Israel. Kok malah jadi cerita Israel, ya saya mendoakan semoga Palestina bisa menang, dan Israel bisa taubat dari kebiadabannya !
Ayo ketik, “Nanorefrigerant Journal filetype:pdf”. Kita akan mendapatkan jurnal-jurnal yang berkaitan dengan nanorefrigerant. Ohhh, ternyata disebut nanorefrigerant kalau refrigerant biasa ditambahkan dengan TiO2, baik TiO2nya dicampur ke pelumas kompresornya melalui stiring, atau langsung dicampur ke refrigerantnya melalui ultrasonic oscillator. Hmm, harus dicampur ke jenis refrigerant apa ya TiO2nya? Kita search lagi, “Comparison of refrigerant performance journal filetype:pdf’ atau kalau kampusmu berlangganan dengan IEEE seperti ITS, ketikkan “Comparison of refrigerant performance journal IEEE/Science direct filetype:pdf’ . Owalah, ternyata yang paling ngetop itu refrigerant R436a (campuran propane (R290) dan isobutana (R600a)) to. Hmm, ada nggak ya penelitian yang menambahkan TiO2 ke R436A sehingga jadi nanorefrigerant R436a-TiO2? Ketik lagi, “nanorefrigerant R436a TiO2 filetype:pdf”. Yes ! nggak ada bro ternyata, adanya nanorefrigerant R600a (isobutana) yang ditambah TiO2. Berarti R436a+TiO2 bisa make metode-metode untuk pengujian R600a+TiO2. Mantap! Keren nih. Segera garap proposal! Sebentar lagi, gue akan jadi pioneer, inventor, hahaha (smiling like an inventor). Kita beri judul topic penelitiannya “Studi Eksperimental Nanorefrigerant R436a-TiO2 sebagai refrigerant masa depan” ! what a beautiful title !
Lalu kita garap proposal. Mengikutkannya di event Program Kreativitas mahasiswa, program special dari dikti untuk mahasiswa, agar dapat pendanaan. Eh nggak taunya lolos, didanai, Alhamdulillah. Dimulailah Negara api menyerang. Pengerjaan tersendat, karena ternyata R436A masih belum dijual di Indonesia. Sudah cari ke toko pendingin di Surabaya, nelfoni satu-satu perusahaan refrigerant, bahkan nelpon pertamina (saran dosen), siapa tau pertamina make. Ternyata nihil. Tidak ketemu toko yang jualan barang itu. Akhirnya cari metode sintesisnya, dengan nyampurin isobutana dan propane make ultrasonic oscillator. Tanya ke sana-sini, ke lab-lab kampus-kampus. Nggak ada yang punya alat ultrasonic oscillator. Ya itu pelajaran pertama dari penelitian, pastikan barang-barangnya ada ketika menulis proposal. Jangan menulis proposal dengan barang yang belum dicek ketersediannya. Seandainya pesan ke luar negeri, berapa minimum pemesanan dan waktu nyampenya. Ya R436a dijual di china, tapi minimal pembelian 1 tangki (8000Liter), apa-apaan coba? Kalau mau bikin pulau frozen sih nggak apa-apa. Ya, hindari kesalahan dasar dan fatal itu. Apalagi dicantumin di judul, weleh-weleh.
Bagaimana cerita selanjutnya, akankah si penulis menyerah ketika ternyata bahan baku penelitiannya tidak tersedia? Kita baca saja cerita berikutnya..
Bersambung
0 Reactions:
Posting Komentar
Blog adalah suatu representasi dari individu penulisnya, baik pikiran, pengalaman, perasaan dan sebagainya (Manungkarjono, 2007). Blog juga merupakan suatu hasil karya cipta yang dilindungi UU 19 tahun 2002 tentang Hak Cipta.