Membolos itu berasal dari kata bolos yang berarti hilang. Kemungkinan besar, anak yang suka bolos dari sekolah itu disebapkan oleh beberapa hal, seperti kurangnya ke sadaran anak akan pendidikan itu, kurangnya perhatian dari orang tua, juga dengan begitu banyaknya pengaruh lingkungan yang bersifat negatif. Tempat yang di tuju oleh anak yang suka bolos itu, misalnya mereka dah ada tempat tertentu akan adanya aksi selanjutnya, mungkin ke mall, mungkin ke pantai bagi yang dekat pantai, ada juga yang pergi main judi dan bayak lagi.
Kalau menurut saya pengertian bolos itu adalah orang yang tidak masuk untuk mengikuti mata pelajaran baik satu mata pelajaran atau tidak masuk selama seharian penuh. Dalam artian bolos karena sudah datang ke sekolah tapi keluar lagi tanpa izin dari pihak sekolah.
Rata-rata mereka memberikan alasan "malas" ato "jenuh" ada juga yang bilang "ga nyaman aja sama suasana sekolah".. dan lain sebagainya...bujubuneng.... Membolos biasanya identik dengan 'anak nakal'. Sebab anak yang rajin, nilainya bagus, biasanya jadi anak manis dan tidak suka neko-neko di sekolah. Tapi ternyata tidak juga. Membolos kini tidak hanya menyelinap keluar dari area sekolah tanpa izin guru saat jam pelajaran masing berlangsung, namun absen di luar dengan alasan sakit--benar-benar sakit maupun pura-pura, atau alasan normal lainnya, juga disebut membolos.
Menurut Henny Eunike Wirawan, M.Psi., banyak faktor penyebab anak membolos. Yang paling umum adalah karena sikap orangtua yang tidak tegas. "Ada kalanya, orangtua secara tidak sengaja mendorong anak untuk membolos," papar Pembantu Dekan I Fakultas Psikologi Universitas Tarumanegara, Jakarta ini. Misalnya saat hari libur 'kejepit', ada orangtua yang meminta anak untuk membolos, karena ingin pergi keluar kota.
Mungkin kita pernah tanpa sadar melakukan ini saat anak baru duduk di kelas satu SD. Sebab tak jarang orangtua beranggapan, pelajaran mereka belum terlalu susah. Jadi, bolos pun tak apa. Alasan lain, orangtua tak tega atau merasa bersalah jika meninggalkan anak. Pada sebagian orang tua juga ada perasaan, dengan mengajak anak turut serta, dirinya merasa aman. Orang tua bisa memantau anak terus-menerus.
Faktor pendukung munculnya perilaku membolos sekolah pada remaja ini dapat dikelompokkan menjadi tiga yakni:
1. Faktor sekolah,
2. Personal,
3. Keluarga.
Faktor sekolah yang berisiko meningkatkan munculnya perilaku membolos pada remaja antara lain kebijakan mengenai pembolosan yang tidak konsisten, interaksi yang minim antara orang tua siswa dengan pihak sekolah, guru-guru yang tidak suportif, atau tugas-tugas sekolah yang kurang menantang bagi siswa.
Faktor personal misalnya terkait dengan menurunnya motivasi atau hilangnya minat akademik siswa, kondisi ketinggalan pelajaran, atau karena kenakalan remaja seperti konsumsi alkohol dan minuman keras.
Sedangkan faktor keluarga meliputi pola asuh orang tua atau kurangnya partisipasi orang tua dalam pendidikan anak (Kearney, 2001). Ketiga faktor tersebut dapat muncul secara terpisah atau berkaitan satu sama lain. Pemahaman terhadap sumber penyebab utama sangat penting untuk mengatasi masalah ini.
Tanpa disadari, pihak sekolah bisa jadi menyebabkan perilaku membolos pada remaja, karena sekolah kurang memiliki kepedulian terhadap apa yang terjadi pada siswa. Awalnya barangkali siswa membolos karena faktor personal atau permasalahan dalam keluarganya. Kemudian masalah muncul karena sekolah tidak memberikan tindakan yang konsisten, kadang menghukum kadang menghiraukannya.
Ketidakkonsistenan ini akan berakibat pada kebingungan siswa dalam berperilaku sehingga tak jarang mereka mencoba-coba membolos lagi. Jika penyebab banyaknya perilaku membolos adalah faktor tersebut, maka penanganan dapat dilakukan dengan melakukan penegakan disiplin sekolah. Peraturan sekolah harus lebih jelas dengan sangsi-sangsi yang dipaparkan secara eksplisit, termasuk peraturan mengenai presensi siswa sehingga perilaku membolos dapat diminimalkan.
Selanjutnya, faktor lain yang perlu diperhatikan pihak sekolah adalah kegiatan belajar mengajar yang berlangsung di sekolah. Dalam menghadapi siswa yang sering membolos, pendekatan individual perlu dilakukan oleh pihak sekolah. Selain terkait dengan permasalahan pribadi dan keluarga, kepada siswa perlu ditanyakan pandangan mereka terhadap kegiatan belajar di sekolah, apakah siswa merasa tugas-tugas yang ada sangat mudah sehingga membosankan dan kurang menantang atau sebaliknya sangat sulit sehingga membuat frustasi.
Para siswa – siswa yang membolos mungkin tidak tahu namun mereka sebenarnya merugikan dan menyebabkan masalah secara tidak langsung baik pada diri sendiri maupun orang lain.
Pertama mereka akan menyebabkan masalah baru pada kedua orang tua mereka yang harus mengurus mereka sewaktu mereka tertangkap ketika bolos. Mereka harusnya sadar bahwa perbuatan mereka menyusahkan kedua orang tua mereka yang sudah berusaha keras untuk menyekolahkan mereka tapi mereka malah menyia – nyiakan usaha orang tua mereka, belum lagi masalah yang harus dialami orang tua di tempat usaha membuat orang tua menjadi susah secara tidak langsung.
Mereka juga terkadang membuat orang lain yang melihat perbuatan mereka ingin melakukan hal yang sama dengan mereka yaitu bolos. Para pembolos - pembolos itu bisa diumpamakan sebagai virus dan yang menjadi makhluk hidup adalah sekolah, jika virus itu sudah menginfeksi suatu bagian tertentu maka virus itu dapat menyebar dengan cepat ke tempat yang lain dan semakin sulit untuk dihilangkan. Bagaimana jika seisi sekolah sudah terkena virus itu maka sekolah itu pasti akan semakin sulit untuk dikendalikan. Selain itu mereka akan ketinggalan pelajaran dan mengakibatkan nilai – nilainya jelek dan tidak naik kelas bahkan tidak lulus Ujian Akhir Nasional.
Mereka juga memberi dampak buruk bagi diri mereka sendiri. Bagaimana jika mereka ketahuan di saat bolos dan mereka berusaha keras untuk kabur dan sewaktu menyeberang mereka tidak memperhatikan sekeliling dan menabrak orang lain, celakanya lagi bila mereka lari dan tertabrak di tengah jalan. Para siswa yang membolos tentu akan sangat merugikan baik untuk diri mereka sendiri maupun untuk orang lain, dan sebenarnya pemerintah sangatlah kecewa dengan hal ini sebab mereka sudah berusaha sekeras mungkin untuk memajukan perkembangan pendidikan di indonesia tetapi hanya dihancurkan oleh mereka dengan mudahnya.
Perilaku membolos juga menyebabkan siswa cenderung bertindak kriminal, karena siswa tersebut telah meninggalkan pendidikan di sekolah dan biasanya nongkrong entah mabuk-mabukan atau merokok. Budaya malas semakin menjadi-jadi sehungga menjadikan Indonesia tertinggal dari negara lainnya
Sangat berpengaruh dalam pembentukan kepribadian yakni menjadikan seorang siswa memiliki kepribadian yang menyimpang. Jadi sebagai pembolos mereka sangat memberikan sisi negatif bagi orang lain, Negara dan bahkan diri mereka sendiri.
Solusi agar siswa tidak membolos
Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional [SISDIKNAS] Bab I Ketentuan Umum Pasal 1 Ayat 1 mendefinisikan pendidikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses`pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Pada Pasal 1 Ayat 1 Undang-Undang SISDIKNAS di atas termuat kalimat usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran, yang artinya suasana belajar dan proses`pembelajaran menempati kedudukan yang sangat penting dalam dunia pendidikan. Tapi kenyataannya kedua aspek tersebut dari dulu sampai sekarang ini belum mengalami perubahan yang signifikan. Sedangkan yang dimaksud pendidikan nasiaonal adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman [UU SISDIKNAS, 2003:3].
Secara eksplisit pada pengertian pendidikan nasional tersebut juga terdapat ungkapan tanggap terhadap perubahan zaman. Hal ini sangat jelas memberi sinyal bahwa corak pendidikan kita perlu mengalami perubahan untuk menyesuaikan dengan perubahan zaman. Selain itu, Pokok-Pokok Kebijakan Direktorat Jendral Menejemen Dikdasmen yang mengatur tentang peningkatan mutu dan relevansi pendidikan, salah satunya juga memuat tentang persoalan perbaikan sarana dan prasarana [Majalah Info Dikdasmen, 2006].
Produk-produk hukum dan sejumlah peraturan tentang pendidikan di atas, penulis anggap sudah lebih dari cukup untuk mengubah wajah pendidikan kita menjadi lebih baik lagi dari segi fisik maupun sistem proses pengajarannya. Hanya tinggal menunggu kemauan politik dari pemerintah untuk mengimplementasikannya.
Mengacu pada beberapa undang-undang tentang pendidikan tersebut, penulis optimis bahwa cepat atau lambat dunia pendidikan kita pasti akan berubah menjadi lebih baik. Sehingga kami sebagai siswa, akan merasa nyaman dan betah berada di lingkungan sekolah.
Berkaitan dengan hal itu, kami akan menawarkan beberapa solusi untuk meminimalisasi siswa membolos sekolah sebagai berikut:
1. Tata ruang dan bentuk arsitektur bangunan sekolah dari zaman ke zaman nyaris tidak mengalami perubahan. Berderet lurus memanjang, terkotak-kotak dan simetris. Tampak begitu kaku dan angkuh. Apalagi sekolah-sekolah yang memiliki lahan terbatas, terasa begitu gersang dan menyesakkan dada. Kondisi seperti ini akan menyebabkan penghuninya cepat lelah, merasa jenuh, dan bahkan bisa menyebabkan stress. Kami membayangkan tata ruang yang lebih ramah lingkungan dan bentuk arsitektur bangunan yang lebih sedap dipandang mata. Di sekitar sekolah tumbuh pohon-pohon rindang, sehingga udara yang terhirup lebih sehat. Di depan kelas ada taman bunga, kolam ikan, burung-burung beterbangan untuk cuci mata di kala jam istirahat setelah pikiran penat mengikuti pelajaran sekolah. Dengan suasana seperti ini, kami yakin siswa akan merasa nyaman dan betah berlama-lama di sekolah. Karena “rumah besar” itu telah menjelma menjadi surga tempat bermain dan belajar bagi mereka.
2. Tata ruang kelas kita selama ini juga nampak monoton. Dinding tertempel foto presiden, wakil presiden, pahlawan-pahlawan nasional, daftar piket, dan struktur organisasi kelas. Wajar jika mereka merasa tertekan berada di ruang kelas, karena di samping suasananya kering ruangan kelas sering terasa begitu gerah karena sirkulasi udara yang kurang baik. Situasinya akan berbeda, bila mereka diberi kebebasan menata kelas sesuai kemauan mereka sendiri dalam batas-batas tertentu. Kalau perlu mereka diberi hak untuk mengecat dinding warna-warni, atau bahkan melukis dinding, menempeli puisi, syair lagu sesuai suasana hati mereka sendiri. Dengan demikian tiap-tiap kelas akan berkompetisi secara sehat memperindah ruang kelas masing-masing. Akhirnya, mereka akan merasa tenang berada di “rumah” mereka sendiri, karena desain ruangannya telah sesuai dengan suasana batin mereka sendiri.
3. Hingga saat ini media pengajaran yang digunakan di sekolah masih terbatas pada LCD, VCD, slide, peralatan-peralatan mesin pada jurusan otomotif, dan perangkat-perangkat elektro pada jurusan elektronika. Keadaan di sekolah-sekolah lain mungkin tidak jauh berbeda. Tidak dapat dipungkiri media pengajaran seperti itu memang perlu agar siswa tidak “gaptek” [gagap teknologi]. Tetapi kalau dilakukan terus menerus siswa akan merasa jenuh. Untuk mata diklat-mata diklat tertentu kiranya perlu juga menggunakan alam sekitar sebagai media pengajaran. Karena selain lebih variatif dan rekreatif, siswa dapat membuktikan dan menerapkan teori-teori yang didapat secara langsung pada kehidupan nyata.
4. Kebebasan berekspresi bagi siswa seyogyanya terbuka seluas-luasnya pada kegiatan ekstrakurikuler. Namun kegiatan ekstra kurikuler yang ada selama ini masih lebih banyak yang bersifat olah fisik daripada olah rasa seperti, sepak bola, bola voli, pramuka, silat, karate, renang dan sebagainya. Bahkan masih ada beberapa sekolah yang sama sekali tidak memiliki kegiatan ekstrakurikuler. Untuk itu sangat perlu diadakan kegiatan ekstrakurikuler yang bersifat olah rasa seperti, seni musik, seni tari dan teater. Agar siswa dapat mengekspresikan gejolak jiwa mudanya pada jalur yang positif.
5. Peraturan yang tegas dan memberikan perhatian yang khusus bagi siswa yang bolos. Hal ini sepatutnya dilakukan oleh Badan Konseling. Siswa dibina dan diberi tahu kerugian dari membolos agar tidak membolos lagi.
Fasilitas copy, ctrl + a, ctrl + c, dan klik kanan telah dimatikan (disable),
apabila hendak menyalin dan mendapatkan postingan ini
silahkan mendownload
makasi ea......bos komentnya akhirnya ane bisa lanjutin KTI ane hohohoho :)
BalasHapusIya,,,sama2 kawan,,,mari maju Blogger Indonesia.. Indahnya Berbagi...
BalasHapus@uzZamYoi, sama-sama..
BalasHapussiswa bolos masih menjadi polemik di sebagian besar sekolah terutama sekolah Menengah Atas, kami kebetulan punya solusi agar guru maupun orangtua dapat memantau kehadiran siswa, silahkan kunjungi website kami ABSENSI SISWA
BalasHapus