Senin, Desember 21, 2009


Detik-detik yang menegangkan, bagi sebagian orang momentum ini adalah suatu bentuk pengalaman pahit dalam hidupnya ataupun bisa juga merupakan pengalaman indah yang selalu terkenang. Terdengar suara riuh rendah tepuk tangan yang bersahut-sahutan,sebuah bentuk apresiasi sebagai ucapan selamat terhadap yang terbaik diantara yang terbaik. Microfon menggema memenuhi seluruh pelosok ruangan raksasa di Kota Megapolitan Jakarta, satu persatu peraih medali Olimpiade Sains Nasional 2009 dibacakan. Ada yang menangis terharu karena tak kuat menahan rasa bahagia, ada yang tersenyum simpul, dan adapula yang murung wajahnya karena kecewa tak mendapatkan medali. Situasi ini terjadi saat penutupan OSN 2009 di Hall C2 Jalan EXPO Kemayoran Jakarta.

Diambil 30 siswa peraih medali pada setiap mata pelajaran, urutan 1 sampai 5 mendapatkan medali emas, urutan 6 sampai 15 mendapatkan medali perak, sedang urutan 16 sampai 30 mendapatkan medali perunggu. Mereka para siswa peraih medali berhamburan keatas panggung ketika namanya disebutkan sebagai peraih medali, berjalan dengan wajah berseri dan penuh percaya diri menanti medali impiannya untuk dikalungkan. Bagaikan artis dadakan, sang jawara berpose dihadapan puluhan kamera dengan mencium medali yang diperolehnya. Sungguh situasi yang membakar semangat.

Kita boleh bangga apabila meraih medali OSN, karena memang sangat susah untuk memperolehnya namun jangan berlebihan. Ada seorang siswa dari Papua Barat yang mengikuti OSN mata pelajaran fisika, demi memperoleh suatu medali dan penghargaan mengagumkan lainnya, tidak tanggung-tanggung uang yang dikeluarkan mencapai 1 milyar rupiah untuk mengikuti pembinaan Bapak Yohannes Surya di Jakarta. Namun itu sepadan dengan hasil yang diperoleh, karena siswa tersebut meraih medali perak. Lalu bagaimana denganku??Apakah aku mengeluarkan 1 milyar untuk memperoleh medali?? Sayangnya tidak ada sepeserpun uang yang aku keluarkan dalam OSN, sehingga aku memang tidak patut untuk kecewa karena tak memperoleh medali.

Namun, aku sangat bersyukur bisa berpartisipasi dalam OSN 2009 di Jakarta. Kuucapkan terimakasih sebanyak-banyaknya kepada SMAN 1 Sumenep, khususnya kepada Ibu Elly dan Bapak Maswiyanto yang telah membimbing untuk memahami kimia secara lebih mendalam. Terimakasih juga untuk Ibu Istimrori yang telah mengajarkan bahwa memahami kimia organik tidaklah rumit dan kepada semua pihak yang telah membantu.

Perjalananku hingga akhirnya sampai ikut OSN di Jakarta memang cukup berat. Dimulai dari seleksi di Sekolah, seleksi Kabupaten (OSK), Seleksi Provinsi (OSP), hingga puncaknya seleksi di Jakarta (OSN). Pelaksanaan Olimpiade sains ini menyeluruh diseluruh kabupaten di Indonesia, bertujuan untuk mencari siswa yang kompetitif, mahir, kreatif dan inovatif dalam bidang mata pelajaran yang dikuasainya. Dan pelaksanaannya periodik setiap tahun.

Pada kabupaten Sumenep sendiri, antusiasisme dari masing-masing sekolah SMA sudah muncul. Bertempat di STKIP Sumenep, seluruh peserta OSK tingkat SMA dari berbagai penjuru di sumenep berbaur menjadi satu. Corak dan desain seragam SMA yang berbeda-beda merupakan suatu kekayaan bagi sistem pendidikan di Sumenep. Semua berkumpul dengan tujuan yang sama, yakni dapat menjadi juara OSK dan lolos ke OSP (olimpiade sains Provinsi) di Surabaya dan mengharumkan nama sekolahnya.

Bagaimana dengan siswa SMANSA? Sekitar 2 bulan sebelum pelaksanaan OSK, seluruh peserta yang mewakili SMANSA telah dibina secara intensif oleh guru pembina olimpiade SMANSA. Meskipun tampil kalem dan sederhana pada saat OSK, SMANSA berhasil menjadi juara umum. Sekitar 85% pemenang OSK adalah siswa SMANSA, sedang 15% lainnya berasal dari sekolah SMA lainnya..

Persiapan yang matang sungguh dibutuhkan untuk seleksi tahap selanjutnya, pembinaan lebih diintensifkan, para siswa pemenang OSK lebih giat belajar lagi. Ibu Elly atau Ibu Sani beserta Pak Maswiyanto bekerja sama membina siswa pemenang OSK bidang kimia. Hal ini dilakukan demi performa yang maksimal dalam OSP di Surabaya.
Lalu, bagaimana dengan persiapanku pribadi? Kimia merupakan mata pelajaran baru yang belum pernah kudapatkan sebelumnya, dan tentunya masih asing karena waktu itu masih kelas X, baru sekitar 8 bulan mencerna kimia. Namun menjadi juara 2 OSK benar-benar membakar semangatku untuk menelaahnya lebih dalam lagi. Selain mendapat pembinaan oleh Ibu Elly dan Pak Maswiyanto, harus dibarengi dengan kerja keras dan mengusahakannya sendiri. Benar, setiap hari pergi kesekolah, buku kimia menjadi warga tetap dalam tas saya. Materi kelas XI dan kelas XII yang belum sepantasnya untuk dipelajari bahkan materi Kuliah, menjadi camilan yang mau tidak mau harus dicerna oleh otak. Sungguh merepotkan, namun percaya atau tidak kunikmati masa-masa itu dengan antusias dan semangat yang tinggi.

Setelah tiba di asrama haji Sukolilo Jakarta terjadi kejadian yang istimewa. Pada saat seleksi olimpiade mata pelajaran kimia berlangsung di ruangan yang besarnya kira-kira sama dengan gedung GNI di sumenep. Juri memberitahukan bahwa bentuk soal yang diujikan adalah uraian. Mendadak mentalku menjadi down, karena kita tahu tak akan ada keberuntungan pada soal uraian tersebut. Benar-benar ta ada trial dan error, jawabanku harus tepat. Apabila pada soal pilihan ganda seperti pada tingkat kabupaten masih bisa untung-untungan kalau aku tak tahu. Namun saat seleksi OSP bila aku tak tahu, tak akan ada jawaban dalam lembar jawaban. Sungguh mendebarkan, rasanya peluang untuk lolos seleksi OSP menjadi menipis.

Namun, tidak seperti yang ada dalam bayangan. Satu persatu soal uraian itu dilahap sedikit demi sedikit,perlahan tapi pasti. Mengenai keabsahan benar atau tidaknya aku pasrah. Manusia hanya bisa berusaha, Tuhanlah yang menentukan. Kujawab sesuai dengan apa yang aku ketahui. Materi soal hampir secara kesluruhan adalah kimia organik. Dan jreng,jreng, aku sangat bersyukur, setelah sekitar satu minggu lamanya menunggu pengumuman seleksi, Nur Abdillah Siddiq kelas X mata pelajaran Kimia SMAN 1 sumenep, tercetak dalam lembar pengumuman. Aku mewakili SMANSA untuk yang pertama kalinya menuju seleksi OSN yang kala itu di Jakarta. Aku tetap tak boleh terlalu berbangga hati, karena semata-mata keberhasilanku adalah kehendak Allah SWT. Selain itu, dilembar pengumuman tercetak juga siswa kelas 9 yang aku lupa namanya dari SMPN Banten, aneh bin ajaib.

Latihan dan terus latihan, sejak saat itu aku benar-benar fokus pada kimia. Pembinaan juga ditingkatkan, Ibu Elly mendatangkan guru kimia dari SMA Lenteng yang khusus untuk membinaku, beliau adalah Ibu Istimrori yang mahir dalam Kimia Organik. Bahkan aku, Ibu Elly dan ibu Istimrori berangkat menuju Universitas Islam Malang untuk praktikum, dikarenakan sarana laboratorium kimia SMANSA kurang memadai. SMANSA juga memberikan andil yang sangat besar dalam kemajuanku, Pak Hasan guru BK SMANSA mendatangkan 3 orang alumni SMANSA yang menekuni jurusan kimia di ITS. Mereka adalah Mas Arik dkk, mereka berkolaborasi membinaku selama kurang lebih satu minggu di laboratorium Kimia. Pengalaman yang tidak akan terlupakan.

Pagi-pagi sekali, sekitar jam setengah lima pagi, dimana angin masih semilir menggerogoti tubuh, aku berangkat dari Sumenep naik Angkutan Umum. Dengan doa restu dari Orang Tua , doa dari teman-teman dan juga dari para guru, aku berangkat sendiri menuju Hotel Utami dekat Bandara Djuanda. Seluruh peserta yang lolos OSP berkumpul disana untuk bersama-sama menuju Jakarta, karena Jakarta adalah tuan rumah OSN 2009.

Tak banyak yang dapat kuceritakan dihotel Utami. Kegiatan yang menarik, yakni motivasi diri dan game kreatif asah otak. Disana aku bertemu dan mengobrol dengan cendekiawan muda Sumenep, Anas Maulidi Utama yang mewakili SMAN 5 Surabaya pada mata pelajaran fisika. Anas juga memberitahukan bahwa pada bulan oktober akan mewakili Indonesia untuk bersaing pada olimpiade internasional di Iran dalam mata pelajaran Asronomi. Ketiga kalinya Anas melanglang buana ke luar negeri, setelah Ukraina, Italia dan sekarang Iran. Sungguh fantastis. Jelas kemampuanku berada jauh dibawahnya.

Akhirnya aku tiba di Jakarta, ini merupakan kunjungan kedua kalinya bagiku. Kereta berhenti di Stasiun Gambir, sehingga secara tepat Monas berada dipandangan. Selama tujuh hari lamya aku akan berada di Jakarta. Berkompetisi dengan siswa terpilih lainnya dari seluruh Indonesia, dari Sabang hingga Merauke. Jadi dapat dibanyangkan, suasana kota Jakarta yang sudah hiruk pikuk ditambah dengan kedatangan peserta OSN 2009.

Bagi mata pelajaran kimia, fisika dan biologi ditempatkan pada Hotel berbintang lima, hotel Atlit Century Park. Seluruh peserta tumpah ruah di hotel yang memiliki 19 lantai tersebut. Saat check in terjadi pembagian kamar, aku sekamar dengan siswa Palembang juga dengan siswa Papua Barat.

Sore harinya, seluruh peserta digiring menaiki bisnya masing-masing menuju hotel Bidakara untuk acara pembukaan. Peserta dari Jatim memakai baju batik warna Hijau. Pelaksanaannya pun berjalan sangat meriah. Lampu sorot yang berwarna pelangi dan aula raksasa yang agaknya berasap (fogging) menjadikan pemandangan dispersi cahaya yang mengagumkan. Acara dimulai dari penampilan siswa SLB yang memang luar biasa, hingga pembukaan secara resmi oleh Prof. Dr. Bambang Sudibyo. Dalam pidatonya, menteri pendidikan nasional tersebut berkata bahwa OSN merupakan ajang yang sangat prestisius bagi setiap pelajar di Indonesia.

Sehari telah berlalu, pada hari kedua diadakan tekhnikal meeting bertempat di Ruang pertemuan Hotel Atlit Century park. Pada mata pelajaran Kimia, pembicaranya adalah Ismunaryo Moenandar, M.Phil. Beliau menjelaskan secara detail tentang proses perlombaan pada keesokan harinya, dan tak kalah menariknya panitia membagikan jas lab usai tekhnikal meeting tersebut. Serasa menjadi ilmuan sungguhan. Pada mata pelajaran kimia, esok hari adalah praktikum sedang keesokan harinya lagi adalah tes tulis bertempat di SMAN 70 Jakarta.

Jas lab telah berada di tas, bagaimanapun telah diperingatkan bahwa apabila jas lab tidak dibawa peserta akan didiskualifikasi. Mentalku harus siap, akupun berdoa selama perjalanan menuju SMAN 70 Jakarta agar Allah memberikan yang terbaik.

Di SMAN 70, kami disambut dengan hangat oleh penampilan tari siswa SMAN 70 Jakarta. Apabila dibandingkan dengan SMANSA nampaknya tak jauh berbeda, yang membedakan hanyalah kelas bertingkat. Sepatah dua kata telah disampaikan oleh kepala sekolah SMAN 70 Jakarta, tiba waktunya pelaksanaan praktikum.

Semua peserta memakai jas yang telah diberikan, praktikum berjalan dengan tertib. Namun ada peristiwa mengejutkan terjadi. Ada seseorang siswi yang pingsan saat praktikum berlangsung, bau NH3 2 M yang sangat menyengat memang dapat membuat pusing apabila penggunaannya tidak arif dan bijaksana. Selama kurang lebih 7 jam praktikum berlangsung, benar-benar menguras daya tahan fisik. Dan diakhir kegiatan, aku merasa pusing dan badanku menjadi panas.

Nampaknya flu mulai menyerang, daya tahan tubuhku menjadi lemah memang apabila kecapean. Akhirnya tak dapat kuhindari lagi, tatkala keesokan harinya pelaksanaan test tulis, kepalaku benar-benar pusing belum lagi pilek dan batuk yang mewarnaiku dalam melaksanakan soal. Tentu saja konsentrasiku menurun dan aku menjadi gelisah. Ingin rasanya pada saat itu, aku kembali ke Hotel dan tidur.

Satu minggu telah berlalu, dan tahukah siswa kelas 9 yang aku lupa namanya dari SMPN Banten sukses meraih medali Emas. Dan diakhir penutupan aku berjabat tangan dengan Peserta The Best Experimen and Theory mata pelajaran kimia. Aku serasa mendapat semangat darinya, aku bertekad untuk tahun ini 2010 memperoleh medali. Semoga hal itu dapat terwujud, amin..

Harapanku kepada seluruh siswa SMANSA, kembangkanlah bakat kalian untuk dapat bersaing secara jujur dan menjadi yang terbaik. Ingatlah selalu kalimat fantastis dari Thomas Alfa Edison.

Kesuksesan itu 1% inspirasi dan 99% kerja keras.

Kenangan saat mengikuti OSN 2009 di Jakarta



















2 komentar:

  1. Waaa... keren, dulu aku ikut kelas 11, tapi cuman sampai OSP, ternyata samian iki hebat dari dulu ya, terus semangat mas, isu yang beredar penilis telisan ini calon mawapres :) semoga terwujud

    BalasHapus

Blog adalah suatu representasi dari individu penulisnya, baik pikiran, pengalaman, perasaan dan sebagainya (Manungkarjono, 2007). Blog juga merupakan suatu hasil karya cipta yang dilindungi UU 19 tahun 2002 tentang Hak Cipta.

Yuk Taaruf









Nur Abdillah Siddiq
Mahasiswa Jurusan Fisika ITS, sedang menggeluti Fiber Optik dan dunia pengembangan diri. Berusaha mengabdi dan memberikan kontribusi nyata pada agama Islam, Negara Indonesia, dan Orang Tua Tercinta (H. Fajar Rahman dan Hj. Sri Tumiasih).

Blog ini adalah website pribadi Nur Abdillah Siddiq. Diberdayakan oleh Blogger.

Translate

Popular Posts

Yuk Baca !

Yuk Baca !