Bahasa Madura sebagai bahasa komunikasi saat ini jarang dipergunakan oleh masyarakatnya. Fenomena tersebut sangat dikhawatirkan oleh para penutur dan ahli bahasa Madura. Hal ini berawal dari minimnya penggunaan bahasa Madura sebagai alat komunikasi dalam interaksi masyarakat Madura dengan lingkungannya, baik dalam hubungan formal seperti Kegiatan Belajar Mengajar maupun dalam hubungan non formal seperti percakapan sehari-hari dalam lingkungan sekolah. Kondisi ini sangat mengkhawatirkan kelestarian penggunaan bahasa Madura sebagai bahasa komunikasi.
Generasi muda adalah faktor yang sangat penting dalam upaya pelestarian budaya Madura. Apabila generasi muda Madura mengenal dan mengaplikasikan budaya Madura dalam keseharian diharapkan budaya Madura dapat bertahan di tengah arus globalisasi. Namun apabila generasi muda Madura tidak lagi mengenal budaya Madura dikhawatirkan nantinya akan tergerus perubahan seiring perkembangan jaman.
Dalam kesehariannya, siswa sebagai generasi muda cenderung mempergunakan bahasa yang sedang nge-trend dalam berkomunikasi agar tidak dianggap ketinggalan jaman. Bahasa Madura jarang dipergunakan khususnya di kalangan remaja perkotaan di Sumenep. Anggapan bahwa bahasa Madura ketinggalan jaman semakin memojokkan penggunaan bahasa Madura sebagai bahasa komunikasi sehingga semakin jarang dipergunakan dan dikhawatirkan nantinya dapat menjadi hal yang mendasari hilangnya bahasa Madura.
Di lingkungan sekolah menengah, bahasa Madura tidak lagi dipergunakan sebagai bahasa pengantar dalam mata pelajaran yang dianjurkan seperti matematika, pengetahuan alam, pengetahuan sosial, bahasa Indonesia, bahasa Inggris dan budaya Madura yang dikategorikan dalam muatan lokal. Meskipun budaya Madura dikategorikan dalam pelajaran muatan lokal namun kerapkali dianggap remeh oleh siswa karena siswa menganggap bahasa Madura tidak dapat dimanfaatkan untuk kepentingan global dan mempergunakan bahasa Inggris sebagai bahasa Internasional. Namun anggapan remeh dari para siswa tidak sebanding dengan pemahaman siswa tentang pelajaran bahasa Madura. Faktanya, banyak sekali siswa yang merasa kesulitan dalam pelajaran tersebut.
Satu-satunya lembaga pendidikan yang masih mempertahankan eksistensinya dalam menggunakan bahasa Madura sebagai bahasa pengantar adalah pondok pesantren di Madura. Para santri merasa lebih nyaman menggunakan bahasa Madura dalam berkomunikasi. Namun, sulit diperkirakan sampai kapan pondok pesantren di Madura akan mempertahankan eksistensinya di tengah arus globalisasi.
Kesenjangan minat belajar siswa di SMP antara mata pelajaran umum dengan mata pelajaran muatan lokal (bahasa Madura) terlihat sangat kontras.Sementara di SMA N 1 Sumenep siswa terkesan lebih menomorsatukan mata pelajaran umum daripada pelajaran budaya Madura. Padahal budaya Madura amat penting dalam menunjukkan eksistensi masyarakat Madura di kancah global.
Kendala utama penguasaan dan pengembangan bahasa Madura, karena minimnya usaha siswa untuk mempelajari bahasa Madura. Guna meningkatkan pengetahuan dalam pelajaran bahasa Inggris, siswa melengkapi fasilitas yang dimiliki dengan membeli kamus, bahkan kamus bahasa Inggris dalam bentuk kalkulator yang tidak murah harganya. Sedangkan untuk menambah kemampuan pengetahuan bahasa Madura siswa tidak memiliki sarana dan media seperti halnya mempelajari Bahasa Inggris atau bahasa asing lainnya. Padahal bahasa Madura sebagai bahasa daerah tidak kalah penting dengan bahasa Inggris.
Mungkin dapat dimaklumi apabila pendatang dari luar Madura tidak fasih dalam mempergunakan bahasa Madura. Namun, bagaimana jadinya bila masyarakat asli Madura tidak lagi mengenal bahasanya? Sebuah fakta yang sangat memalukan.
Dengan berbagai alasan, terbukti bahwa terdapat siswa di beberapa sekolah di kabupaten Sumenep jarang mempergunakan bahasa Madura dalam berkomunikasi. Alasan yang mendasar, siswa merasa malu mempergunakan bahasa Madura karena dianggap sebagai bahasa yang kurang gaul.
Pada hakikatnya, bahasa Madura merupakan suatu kekayaan yang dimiliki masyarakat Madura. Bahasa Madura memiliki nilai kesopanan tinggi, dan menjadi dasar yang dapat menunjukkan bahwa masyarakat Madura memiliki tata krama berbahasa, sebagai cerminan dari tingkah laku dan peradabannya, bukan hanya diidentikkan dengan kekerasan tingkah lakunya. Masyarakat Madura juga memiliki nilai positif yang dapat dipublikasikan, bukan hanya dengan budaya Caroknya.
Selain itu, keanekaragaman bahasa di setiap daerah di Indonesia dapat menjadi suatu kekayaan yang sangat membanggakan bagi negara dan bangsa Indonesia. Tidak terkecuali bahasa Madura. Oleh karena itu masyarakat Madura dapatnya harus mempertahankan kelestarian bahasa Madura.
Sebagai panutan, bahasa Osing hingga kini masih eksis karena masyarakat Banyuwangi sangat gigih dalam mempertahankan bahasa daerahnya. Sebagai upaya agar masyarakat Banyuwangi tidak lupa akan bahasa daerahnya, para penutur menerbitkan majalah khusus berbahasa Osing. Bagaimana dengan masyarakat Madura? Adakah upaya masyarakat Madura untuk mempertahankan bahasa Madura ?
Guna melestarikan bahasa Madura diperlukan berbagai upaya, diantaranya upaya yang dapat dilakukan adalah meningkatkan pengetahuan berbudaya Madura. Pengetahuan yang seharusnya dapat diaplikasikan dalam lingkup keluarga sebagai komunitas utama. Namun tidak hanya itu, diperlukan pula kerjasama yang baik antara masyarakat dan pemerintah untuk mengembangkan kembali bahasa Madura.
Generasi muda adalah faktor yang sangat penting dalam upaya pelestarian budaya Madura. Apabila generasi muda Madura mengenal dan mengaplikasikan budaya Madura dalam keseharian diharapkan budaya Madura dapat bertahan di tengah arus globalisasi. Namun apabila generasi muda Madura tidak lagi mengenal budaya Madura dikhawatirkan nantinya akan tergerus perubahan seiring perkembangan jaman.
Dalam kesehariannya, siswa sebagai generasi muda cenderung mempergunakan bahasa yang sedang nge-trend dalam berkomunikasi agar tidak dianggap ketinggalan jaman. Bahasa Madura jarang dipergunakan khususnya di kalangan remaja perkotaan di Sumenep. Anggapan bahwa bahasa Madura ketinggalan jaman semakin memojokkan penggunaan bahasa Madura sebagai bahasa komunikasi sehingga semakin jarang dipergunakan dan dikhawatirkan nantinya dapat menjadi hal yang mendasari hilangnya bahasa Madura.
Di lingkungan sekolah menengah, bahasa Madura tidak lagi dipergunakan sebagai bahasa pengantar dalam mata pelajaran yang dianjurkan seperti matematika, pengetahuan alam, pengetahuan sosial, bahasa Indonesia, bahasa Inggris dan budaya Madura yang dikategorikan dalam muatan lokal. Meskipun budaya Madura dikategorikan dalam pelajaran muatan lokal namun kerapkali dianggap remeh oleh siswa karena siswa menganggap bahasa Madura tidak dapat dimanfaatkan untuk kepentingan global dan mempergunakan bahasa Inggris sebagai bahasa Internasional. Namun anggapan remeh dari para siswa tidak sebanding dengan pemahaman siswa tentang pelajaran bahasa Madura. Faktanya, banyak sekali siswa yang merasa kesulitan dalam pelajaran tersebut.
Satu-satunya lembaga pendidikan yang masih mempertahankan eksistensinya dalam menggunakan bahasa Madura sebagai bahasa pengantar adalah pondok pesantren di Madura. Para santri merasa lebih nyaman menggunakan bahasa Madura dalam berkomunikasi. Namun, sulit diperkirakan sampai kapan pondok pesantren di Madura akan mempertahankan eksistensinya di tengah arus globalisasi.
Kesenjangan minat belajar siswa di SMP antara mata pelajaran umum dengan mata pelajaran muatan lokal (bahasa Madura) terlihat sangat kontras.Sementara di SMA N 1 Sumenep siswa terkesan lebih menomorsatukan mata pelajaran umum daripada pelajaran budaya Madura. Padahal budaya Madura amat penting dalam menunjukkan eksistensi masyarakat Madura di kancah global.
Kendala utama penguasaan dan pengembangan bahasa Madura, karena minimnya usaha siswa untuk mempelajari bahasa Madura. Guna meningkatkan pengetahuan dalam pelajaran bahasa Inggris, siswa melengkapi fasilitas yang dimiliki dengan membeli kamus, bahkan kamus bahasa Inggris dalam bentuk kalkulator yang tidak murah harganya. Sedangkan untuk menambah kemampuan pengetahuan bahasa Madura siswa tidak memiliki sarana dan media seperti halnya mempelajari Bahasa Inggris atau bahasa asing lainnya. Padahal bahasa Madura sebagai bahasa daerah tidak kalah penting dengan bahasa Inggris.
Mungkin dapat dimaklumi apabila pendatang dari luar Madura tidak fasih dalam mempergunakan bahasa Madura. Namun, bagaimana jadinya bila masyarakat asli Madura tidak lagi mengenal bahasanya? Sebuah fakta yang sangat memalukan.
Dengan berbagai alasan, terbukti bahwa terdapat siswa di beberapa sekolah di kabupaten Sumenep jarang mempergunakan bahasa Madura dalam berkomunikasi. Alasan yang mendasar, siswa merasa malu mempergunakan bahasa Madura karena dianggap sebagai bahasa yang kurang gaul.
Pada hakikatnya, bahasa Madura merupakan suatu kekayaan yang dimiliki masyarakat Madura. Bahasa Madura memiliki nilai kesopanan tinggi, dan menjadi dasar yang dapat menunjukkan bahwa masyarakat Madura memiliki tata krama berbahasa, sebagai cerminan dari tingkah laku dan peradabannya, bukan hanya diidentikkan dengan kekerasan tingkah lakunya. Masyarakat Madura juga memiliki nilai positif yang dapat dipublikasikan, bukan hanya dengan budaya Caroknya.
Selain itu, keanekaragaman bahasa di setiap daerah di Indonesia dapat menjadi suatu kekayaan yang sangat membanggakan bagi negara dan bangsa Indonesia. Tidak terkecuali bahasa Madura. Oleh karena itu masyarakat Madura dapatnya harus mempertahankan kelestarian bahasa Madura.
Sebagai panutan, bahasa Osing hingga kini masih eksis karena masyarakat Banyuwangi sangat gigih dalam mempertahankan bahasa daerahnya. Sebagai upaya agar masyarakat Banyuwangi tidak lupa akan bahasa daerahnya, para penutur menerbitkan majalah khusus berbahasa Osing. Bagaimana dengan masyarakat Madura? Adakah upaya masyarakat Madura untuk mempertahankan bahasa Madura ?
Guna melestarikan bahasa Madura diperlukan berbagai upaya, diantaranya upaya yang dapat dilakukan adalah meningkatkan pengetahuan berbudaya Madura. Pengetahuan yang seharusnya dapat diaplikasikan dalam lingkup keluarga sebagai komunitas utama. Namun tidak hanya itu, diperlukan pula kerjasama yang baik antara masyarakat dan pemerintah untuk mengembangkan kembali bahasa Madura.
Fasilitas copy, ctrl + a, ctrl + c, dan klik kanan telah dimatikan (disable),
apabila hendak menyalin dan mendapatkan postingan ini
silahkan mendownload
0 Reactions:
Posting Komentar
Blog adalah suatu representasi dari individu penulisnya, baik pikiran, pengalaman, perasaan dan sebagainya (Manungkarjono, 2007). Blog juga merupakan suatu hasil karya cipta yang dilindungi UU 19 tahun 2002 tentang Hak Cipta.