Sejak Desember 2010, Bandara Trunojoyo secara resmi menjadi lokasi latihan terbang bagi siswa sekolah terbang milik PT Merpati Nusantara Airlines.
Peresmian tersebut ditandai dengan penandatanganan nota kesepakatan antara Bupati Sumenep Busyro Karim dan Direktur Kelaikan Udara Pengoperasian Pesawat Udara Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Yurlis Hasibuan di Sumenep.
Meski sudah beroperasi, bandara yang memiliki landasan pacu sepanjang 800 meter ini belum digunakan untuk penerbangan komersial. "Setelah beroperasi, bandara ini disewa Merpati Nusantara Airlines untuk lokasi latihan pilot," kata Kepala Dinas Perhubungan Sumenep Achmad Aminullah.
Direktur Operasi PT Merpati Asep Eka Nugraha menilai Bandara Trunojoyo sangat layak dijadikan latihan penerbangan siswa. Selain landasan yang bagus, lalu lintas penerbangan tidak terlalu sibuk. Dia yakin beroperasinya bandara akan berdampak pada perekonomian masyarakat.
Pemerintah Kabupaten Sumenep berupaya mengembangkan Bandar Udara (Bandara) Trunojoyo. Buktinya, di Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) 2011 dialokasikan anggaran dana untuk pembebasan lahan.
Bupati Sumenep, Drs. KH. A. Busyro Karim, M.Si mengatakan, pihaknya menyiapkan dana sebagai biaya pembebasan tanah untuk memperluas lahan Bandara Trunojoyo sebesar Rp. 2 milyar.
Pihaknya memang menargetkan untuk perluasan lahan Bandara Trunojoyo tuntas pada tahun ini, sebab Pemerintah Daerah memperoleh kucuran dana dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2011 sebesar Rp. 10 milyar, untuk pembangunan landasan pacu (run away) Bandara Trunojoyo.
”Saya sudah perintahkan Kepala Dinas Perhubungan Kabupaten Sumenep untuk segera menyelesaikan pembebasan tanah di sekitar Bandara Trunojoyo. Karena, bantuan dari APBN bisa dilaksanakan, jika pembebasan tanahnya sudah selesai,”tegasnya.
Bupati menyatakan, saat ini, kondisi Bandara Trunojoyo kurang memenuhi syarat, salah satunya masalah landasan pacu pesawat kurang panjang, karena keterbatasan lahan.
Bandara Trunojoyo hanya memiliki landasan pacu pesawat sepanjang 905 meter, padahal idealnya landasan pacu itu sepanjang 1.000 meter lebih, dan di Bandara Trunojoyo juga belum dilengkapi dengan ruang tunggu penumpang.
”Karena itu, perluasan lahan merupakan kebutuhan yang harus dilakukan, dalam rangka mewujudkan komersialisasi Bandara Trunojoyo,”ungkapnya.
Meskipun demikian, masyarakat Sumenep sangat mengharapkan Bandara Trunojoyo dapat dikomersialkan.
Peresmian tersebut ditandai dengan penandatanganan nota kesepakatan antara Bupati Sumenep Busyro Karim dan Direktur Kelaikan Udara Pengoperasian Pesawat Udara Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Yurlis Hasibuan di Sumenep.
Meski sudah beroperasi, bandara yang memiliki landasan pacu sepanjang 800 meter ini belum digunakan untuk penerbangan komersial. "Setelah beroperasi, bandara ini disewa Merpati Nusantara Airlines untuk lokasi latihan pilot," kata Kepala Dinas Perhubungan Sumenep Achmad Aminullah.
Direktur Operasi PT Merpati Asep Eka Nugraha menilai Bandara Trunojoyo sangat layak dijadikan latihan penerbangan siswa. Selain landasan yang bagus, lalu lintas penerbangan tidak terlalu sibuk. Dia yakin beroperasinya bandara akan berdampak pada perekonomian masyarakat.
Pemerintah Kabupaten Sumenep berupaya mengembangkan Bandar Udara (Bandara) Trunojoyo. Buktinya, di Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) 2011 dialokasikan anggaran dana untuk pembebasan lahan.
Bupati Sumenep, Drs. KH. A. Busyro Karim, M.Si mengatakan, pihaknya menyiapkan dana sebagai biaya pembebasan tanah untuk memperluas lahan Bandara Trunojoyo sebesar Rp. 2 milyar.
Pihaknya memang menargetkan untuk perluasan lahan Bandara Trunojoyo tuntas pada tahun ini, sebab Pemerintah Daerah memperoleh kucuran dana dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2011 sebesar Rp. 10 milyar, untuk pembangunan landasan pacu (run away) Bandara Trunojoyo.
”Saya sudah perintahkan Kepala Dinas Perhubungan Kabupaten Sumenep untuk segera menyelesaikan pembebasan tanah di sekitar Bandara Trunojoyo. Karena, bantuan dari APBN bisa dilaksanakan, jika pembebasan tanahnya sudah selesai,”tegasnya.
Bupati menyatakan, saat ini, kondisi Bandara Trunojoyo kurang memenuhi syarat, salah satunya masalah landasan pacu pesawat kurang panjang, karena keterbatasan lahan.
Bandara Trunojoyo hanya memiliki landasan pacu pesawat sepanjang 905 meter, padahal idealnya landasan pacu itu sepanjang 1.000 meter lebih, dan di Bandara Trunojoyo juga belum dilengkapi dengan ruang tunggu penumpang.
”Karena itu, perluasan lahan merupakan kebutuhan yang harus dilakukan, dalam rangka mewujudkan komersialisasi Bandara Trunojoyo,”ungkapnya.
Meskipun demikian, masyarakat Sumenep sangat mengharapkan Bandara Trunojoyo dapat dikomersialkan.
BANDARA TRUNOJOYO PROYEK MERCUSUAR
BalasHapusSejak semula dan sampai kapanpun, saya yakin bahwa komersialisasi Bandara Trunojoyo Sumenep tidak akan berhasil. Kalau dapat dikata proyek bandara yang terakhir ini menghabiskan dana milyararan rupiah, hanyalah sebuah proyek mercusuar. Yaitu suatu obyek pembangunan yang tidak pro rakyat, obyek megah yang hanya memihak kepada kelas atas. Padahal sangat tidak mungkin proyek gagal itu akan menunjang pendapatan asli daerah. Apalagi jika dibandingkan dengan investasi yang ditanam.
Keyakinan saya itu berdasarkan data sebagai berikut :
Pertama, jumlah calon penumpang di Sumenep yang berkemampuan, sangat terbatas. Kecuali pada awal operasi untuk mencoba. Karena di Sumenep memang tidak ada suatu bidang usaha berskala besar. Jika yang diharapkan wisatawan dari luar daerah, Sumenep tidak memiliki obyek wisata yang memikat.
Kedua, biaya operasional penumpang sangat besar, karena harus ditambah transport lokal. Dengan demikian bagi penumpang apabila harus menyediakan kendaraan pribadi di tempat tujuan, lebih baik naik kendaraan darat saja yang ke Surabaya bisa hanya ditempuh 3 jam. Sedangkan apabila naik pesawat, untuk sampai di Surabaya kota juga butuh waktu 3 jam.
Ketiga, budaya masyarakat setempat -jika juga dibuka jalur ke Arjasa- dengan bawaan barang yang banyak, tidak mungkin menggunakan pesawat udara.
Keempat, akibat penerbangan yang tidak menentu menyebabkan tidak terjadwal dengan baik. Sementara maskapai penerbangan bersifat komersial oriented, sehingga kontinyuitas routenya tidak terjamin. Bahkan maskapai akan sulit dikontrak, kecuali ada jaminan subsidi dari pemerintah kabupaten. Apabila bersubsidi, akan menyerap dana APBD berapa, demi sebuah proyek mercusuar ?
Kelima, sebagai bandara masa depan yang butuh perpanjangan landasan, sangat tidak ideal. Hal itu mengingat kendala jalan raya dan pemukiman penduduk
Demikian semoga Sumenep dalam kepastian.
hmjn wan@gmail.com