Selasa, April 05, 2011




Nanas muda di kalangan masyarakat dikenal sebagai bahan peluruh janin pada masa kehamilan awal yang mengandung enzim bromelin dan senyawa steroid saponin yang berperan dalam memecah ikatan peptida protein serta kontraksi otot polos uterus. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh pemberian air perasan nanas muda terhadap struktur histologis uterus tikus putih bunting awal. Metode yang digunakan eksperimen dengan 25 ekor tikus putih betina, berat badan ± 200g, umur ± 2 bulan di bagi menjadi 5 kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 5 hewan uji, kelompok kontrol (K0) dan kelompok yang diberi air perasan nanas muda dosis 1,8 ml (K1), 3,6 ml (K2), 5,4 ml (K3) dan 7,2 ml (K4). Pemberian air perasan nanas muda per oral dilakukan setiap hari, pagi dan siang hari setelah umur kebuntingan hari ke 6 sampai hari ke 15. Parameter yang diamati adalah perubahan struktur lumen uterus, jaringan ikat uterus, kelenjar uterus dan sel-sel epitel uterus, kemudian dianalisis secara kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian air perasan nanas muda berpengaruh terhadap perubahan struktur lumen uterus pada K3 dan K4 menjadi tidak terlihat, perubahan jaringan ikat uterus pada K2 sampai K4 menjadi tidak teratur, pecah-pecah, tidak kompak, longgar, mengalami peradangan dan pembengkakan, perubahan kelenjar uterus pada K2 sampai K4 mengalami oedema, tidak jelas, dan tidak terlihat serta perubahan sel-sel epitel uterus pada K1 sampai K4 menjadi tidak normal, tersusun rapat, tidak teratur, pecah-pecah dan lepas. Dapat disimpulkan bahwa pemberian air perasan nanas muda memberikan pengaruh terhadap struktur histologis uterus tikus putih bunting awal berupa perubahan struktur lumen uterus, jaringan ikat uterus, kelenjar uterus dan sel-sel epitel uterus. Perubahan struktur histologis uterus tikus putih bunting awal terlihat jelas pada K4 berupa lumen uterus menjadi tidak terlihat, jaringan ikat uterus mengalami peradangan dan pembengkakan, kelenjar uterus tidak terlihat dan sel-sel epitel uterus pecah-pecah dan lepas.

Secara mikroskopi penampang membujur serat nanas dilihat dengan scanning elektron mikroskop, permukaannya tediri atas fibril–fibril dan dengan sinar X menunjukkan bahwa serat nanas mempunyai derajat kristalinitas yang tinggi dengan sudut spiral kira-kira 15o. Pada daerah kristalin molekul-molekulnya tersusun lebih kuat/kencang dengan ikatan hidrogen dan gaya van der waals, sehingga serat nanas mempunyai kekuatan yang relatif tinggi. Kekakuan lentur atau Flexural rigidity dan torsional rigidity serat relatif lebih tinggi dibanding kapas. Hal ini menyebabkan serat mempunyai ketahanan yang besar untuk digintir (twist), sehingga serat cenderung tidak segera tergintir pada saat proses penggintiran selesai. Oleh karena itu serat cenderung kaku dan agak sulit untuk mendapatkan serat yang kompak seperti yang dikehendaki. Sifat porous dan menggelembung (swelling) pada serat nanas menunjukkan adanya sifat daya absorbsi lembab dan kemampuan untuk dicelup.



Fasilitas copy, ctrl + a, ctrl + c, dan klik kanan telah dimatikan (disable),
apabila hendak menyalin dan mendapatkan postingan ini
silahkan mendownload



Fullerena



0 Reactions:

Posting Komentar

Blog adalah suatu representasi dari individu penulisnya, baik pikiran, pengalaman, perasaan dan sebagainya (Manungkarjono, 2007). Blog juga merupakan suatu hasil karya cipta yang dilindungi UU 19 tahun 2002 tentang Hak Cipta.

Yuk Taaruf









Nur Abdillah Siddiq
Mahasiswa Jurusan Fisika ITS, sedang menggeluti Fiber Optik dan dunia pengembangan diri. Berusaha mengabdi dan memberikan kontribusi nyata pada agama Islam, Negara Indonesia, dan Orang Tua Tercinta (H. Fajar Rahman dan Hj. Sri Tumiasih).

Blog ini adalah website pribadi Nur Abdillah Siddiq. Diberdayakan oleh Blogger.

Translate

Popular Posts

Yuk Baca !

Yuk Baca !